Jumat, 08 Juli 2016

Catatan Hari Raya #2

Aku jadi bingung, aku yang meninggalkan Ramadan atau Ramadan yang meninggalkanku? Sedangkan kemudian: aku yang terus bergerak bersama waktu, meninggalkan Ramadan menuju kepada Syawal. Ramadan bergerak ke mana? Atau ia menungguku, yang mungkin akan habis sebelum bertemu kembali.

Selasa 5 Juli 2016 semalam ialah terakhir puasa Ramadan di tahun 1437 Hijriyah. Beraneka macam perasaan tumbuh ketika akhirnya berpisah dengan Ramadan. Ada yang biasa-biasa saja. Ada yang senang. Ada yang sedih. Ada yang senang bercampur sedih. Semoga aku, kamu, kita semua termasuk golongan yang perasaannya baik.

Ramadan adalah bulan yang diberkahi. Amal kebaikan mendapat balasan yang banyak. Sungguh rugi bilamana tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Buka puasa bersama diadakan di mana-mana. Kafe bagus, restoran, hotel, rumah makan, rumah, atau panti asuhan. Bagus untuk menjaga tali silaturahmi. Lebih bagus lagi bila tidak sampai melupakan salat Magrib. Lalu lanjut salat Isya. Lebih bagus lagi bila mampu mengerjakan salat Tarawih, yang hanya sebulan dalam setahun. Kan sayang sekali kalau sampai terlewat. Apalagi di malam sepuluh hari terakhir Ramadan.

Setiap bulan Ramadan sejak beberapa tahun yang lalu, televisi menayangkan acara Hafizh Al Qur'an. Tapi mungkin tidak cukup hanya terharu ketika menontonnya. Aku kira perlu juga untuk meniru hal baik yang diperlihatkan anak-anak yang hafal Al Qur'an itu. Misalnya membaca Al Qur'an setiap hari setelah salat Magrib atau Subuh atau keduanya. Tidak perlu memaksakan diri dengan membaca 1 juz. Mungkin 2 lembar sudah cukup. Kalau tidak mampu, cukup 1 lembar. Kalau tidak mampu juga, cukup 1 halaman. Kalau masih tidak mampu juga, hmm. Maka akan lebih oke bila juga menghafalnya.

Orang-orang pulang ke kampung halaman masing-masing. Bertemu dengan orang tua, mertua, teman, dan sanak saudara. Menuntaskan rindu yang terutang selama hitungan bulan atau tahun. Meski ada istilah: pulang malu, tak pulang rindu. Tapi akhirnya pulang juga.

Sebagian orang tetap tinggal, karena memang di situ asalnya. Atau karena memang tetap bekerja di hari lebaran. Sungguh, mereka adalah orang-orang yang keren lagi oke kukira.

Berziarah menjenguk yang sudah mendahului. Membayar zakat fitrah. Mendirikan salat Id. Lepas salat id, berkumpul bersama keluarga. Berkunjung ke rumah tetangga, sanak saudara dan handai tolan. Membicarakan tentang hal apa saja yang diingini dan dirasa seru, termasuk pertanyaan yang merisaukan sebagian pemuda pemudi bujangan: Kapan nikah? Sudah ada temannya?

Mudah-mudahan aku, kamu, kita semua menjadi lebih baik. Bertambah ilmu, cinta dan pemahaman. Selamat hari raya!

2 komentar:

  1. jangan lupakan THR di hari lebaran hehe, btw pertama mampir nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tunangan Hari Raya kah?
      terima kasih sudah mau-maunya mampir, Aries. :)

      Hapus

Komentar-komentar