Senin, 02 November 2015

Pada Suatu Hari

Pada suatu hari. Hari yang biasa. Sunyi subuh diramaikan oleh suara muazin dari speaker suatu masjid. Lalu masjid lain, langgar, musala mengikuti.

Ada yang masih sulit keluar dari selimut. Ada yang keluar menuju suara azan. Ada yang sudah menggelar dagangan di pasar. Ada yang belum tidur sejak hari semalam.

Matahari pucat. Berbagai kendaraan menuju tempat tujuan masing-masing. Sebagian terburu-buru. Menembus kabut yang masih saja. Mengganggu proses pernapasan, memaksa memakai masker.

Dua anak perempuan memakai seragam pramuka bergandengan tangan berjalan menuju sekolah mereka. Mulut mereka mengeluarkan senandung. Para pekerja kebersihan menyekop tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah ke atas truk kuning sejak subuh. Hidung mereka sudah kebal dengan bau menyengat. Seorang perempuan menuang 2 botol bensin ke dalam tangki motor orang lain.

Bersekolah di tempat sekolah. Bekerja di tempat kerja. Bersantai di tempat santai. Membuat julukan kepada guru atau atasan atau tetangga yang menyebalkan. Memberi julukan kepada kawan dan kepada kekasih yang disayangi.

Berkomunikasi dengan sesama manusia. Secara langsung atau dengan bantuan alat-alat canggih masa kini.

Seorang mama meninggal karena stroke. Orang-orang terdekat mengekspresikan emosi dengan menangis. Di tempat lain di hari yang sama, seorang bayi laki-laki lahir ke bumi. Kakek dan neneknya sangat gembira. Orang-orang mengucapkan selamat kepada orang tua si bayi sembari memberi hadiah berupa sesuatu yang ditutup bungkus kado.

Sore hari. Burung-burung terbang di atas kepala. Berbaris ke arah timur, utara, lalu ke barat. Angin meniup pohon nyiur, jemuran dan rambut. Anak-anak menghentikan pertandingan sepak bola di lapangan dengan skor 15 - 3. Anak-anak yang lain pulang dari taman pendidikan Al Qur'an. Orang dewasa pulang dari tempat bekerja. Suara orang mengaji muncul dari speaker masjid.

Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Namun ada sebagian yang rusak. Lampu-lampu di atas flyover berjejer menyerupai 'ular naga panjangnya bukan kepalang'. Lampu-lampu kendaraan berhamburan macam kelereng di lapangan bermain.

Kemudian mata tertutup. Atau tetap terjaga oleh sebab lembur mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Atau terbangun lagi karena pengin kencing. Atau terbangun lagi karena mau salat malam. Atau terbangun oleh tangisan bayi. Atau alasan-alasan lainnya. Hingga bertemu pada suatu hari yang lain. Hari dengan beraneka macam persoalan, tabiat, kegiatan dan kejadian.


Bersambung...

4 komentar:

Komentar-komentar