Sabtu, 13 Agustus 2011

Rambutku Imut-imut Gimanaaa Gitu

Rabu tanggal 10 Agustus kemarin mungkin adalah puasa tersuram bagiku sejak hari pertama puasa kemarin. Berawal dari rambutku yang sudah semakin gondrong. Melihat rambutku begitu mamaku risih. “Bikin malu saja rambut begitu, sebelum lebaran harus sudah dipotong,” perintah mamaku.

Kadang aku sendiri yang mau potong rambut, tapi karena bimbang enggak jadi. Entah kena angin apa kemarin aku jadi begitu yakin mau potong rambut. Di siang terik itu atas rekomendasi adikku kupacu honda Beatku ke salon yang baru buka praktek itu. Katanya di sana hasil potongannya bagus.
Setelah menunggu 1 orang bocah. Giliranku tiba.

“Mau gaya apa, boy?” tanya si tukang salon. Perlu diketahui, dia seorang laki-laki bukan banci. “Dirapikan aja deh,” pintaku.

Begitu tahu tugasnya, si tukang salon mulai memainkan gunting dan sisirnya di rambutku. Tek..tek..tekk.... Beberapa menit kemudian rambut bagian samping sudah banyak berjatuhan. Kuperhatikan mukaku di cermin lekat-lekat, ya, lumayan lah.

“Poni mukanya dipotong juga?” si tukang salon bertanya lagi. “Poninya dirapikan juga. Asal jadinya jangan kayak personil sm*sh aja.” Sebenarnya aku enggak benci sama boy band itu, tapi enggak suka saja. Aku lebih suka sama penyanyi Jepang YUI Yoshioka. Sudah cantik, suaranya bagus lagi. Kalau ditanya mau atau enggak nikah sama YUI aku belum berani menjawab. Lebih baik tanya saja YUI-nya mau enggak kalau nikah sama aku. Yasudahlah.

Tek..tek..tekk... si tukang salon beraksi lagi.

“Sudah selesai nih,” si tukang salon meletakkan gunting dan sisir ke meja.

“Astaghfirullah! Apa yang terjadi dengan rambutku?” kataku dalam hati. Tapi aku mencoba positve thinking. Mungkin gara-gara agak basah karena disemprot si tukang salon tadi.

“Berapa, boy?”

“7 ribu aja.”

Sampai di rumah aku langsung keramas. Kuhanduki rambutku sampai benar-benar kering. Kutata rambutku sedemikian rupa sambil melihat ke cermin. Ahhh!! Kenapa jadi begini? Air mataku hampir menetes. Kepalaku seperti dipukul-pukul pakai palu ketika melihat cermin menertawai rambutku menjadi imut-imut gimanaaa gitu.
Trus, kucoba dengan memakai Gatsby Wax mungkin ada perubahan. Sia-sia, tetap saja rambutku imut-mut gimanaaa gitu. Berbagai kejadian buruk pun berdatangan ke dalam pikiranku. Salah satunya, aku pasti akan jadi bahan tertawaan dan hinaan di kampus nanti.

Kebetulan abahku (baca: ayahku) pulang kerja. Langsung saja kutanya. “Gimana bah rambutku?” kutanyai abah dengan mengharap jawaban yang menyenangkan. “Kenapa dipotong? Kayak banci gitu.” Ngek.

Aku langsung berlari ke kamar. Kubanting pintu sekeras-kerasnya. Aku meloncat ke atas ranjang. Tiarap sambil meluk boneka babi kesayanganku. Menangislah aku meraung sejadi-jadinya hingga membuat mataku sembab. Tiba-tiba mamaku datang untuk menenangkanku. Aku pun menangis di pangkuan mamaku.

Akhirnya aku mendapatkan keputusan yang paling bijak. Aku pergi ke tukang potong rambut—bukan salon tadi. Singkat kisah beginilah hasilnya.

Aku jauh jauh jauh lebih PD gundul semi daripada berambut imut-imut gimanaaa gitu. Soalnya sejak SMA aku sudah terbiasa dengan kepala gundul semi sebelum rambutku gondrong. Harapanku cuma satu, semoga rambutku cepat panjang lagi.
  
Banjarmasin

11/08/2011, 09.18 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar