Senin, 15 April 2013

Mencari Tuhan

Gambar: Pidi Baiq


Kepada berhala-berhala yang aku pahat dengan susah. Kukira engkau Tuhan. Nampak kuat lagi kokoh. Tetapi, kuhantam palu engkau roboh. Mana kuasa kau? Ah, engkau bukan Tuhan.

Kepada bintang yang ada pada langit malam. Kukira engkau Tuhan. Berkelap kelip indah nian. Tetapi, sekarang engkau jarang terlihat bilamana kudongakkan kepala ke langit malam. Ke mana engkau? Ah, engkau bukan Tuhan.

Kepada bulan yang ada pada langit malam. Kukira engkau Tuhan. Yang memesona dengan bulat terang sempurna ketika bumi nyaris di antara kau dan matahari. Tetapi, menjadi mati ketika engkau nyaris di antara matahari dan bumi. Kenapa mati? Ah, engkau bukan Tuhan.

Kepada matahari yang ada pada langit siang. Kukira engkau Tuhan. Yang menyilaukan mata bilamana kudongakkan kepala ke langit siang. Engkau yang paling besar. Tetapi ketika senja, meski indah, engkau beranjak hilang lenyap. Mengapa lenyap? Ah, engkau bukan Tuhan.

Kepada Yang Menguasai segala keindahan alam. Yang membuat bintang berkelap kelip menawan. Yang meciptakan purnama raya terang benderang. Yang melukis sinar matahari menyilau mata. Yang hanya satu. Tidak beranak. Tidak pula diperanakkan. Yang mengirimku ke bumi dari setitik mani melalui orang tuaku. Yang hanya kau pantas disembah. Engkau pasti Tuhan. Allah.

[]

Tahu kan kisah Ibrahim? Yang orang barat sana menyebutnya Abraham. Apa? Tidak tahu? Baiklah. Biar aku menukil terjemahannya dari Al Qur’an. Dari surah Al An’am ayat ke-74 sampai 79. Ini terjemahan bahasa Indonesia, bukan Jerman. Karena bahasa Jerman aku tidak pandai. Mulakan dengan bismillah.

74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar*), "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

75. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.

76. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."

77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."

78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.


*) Di antara mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya.


Maulana Usaid
13 April 2013

1 komentar:

Komentar-komentar