Sabtu, 14 September 2013

Pembaca Buku

Aku senang membaca buku, terutama novel. Aku lebih menyenangi novel fiksi ketimbang non fiksi. Sering, ketika membaca novel fiksi aku membayangkan sedang ikut berada di dunia yang ada di dalam novel itu. Atau kadang berujar dalam hati, “Wah, mirip aku nih!” ketika sedang membaca sifat salah satu karakter pada novel.

Aku tidak tahu kapan pastinya dan karena apa aku mulai menyukai buku. Tapi, sewaktu SD abahku sering mengajakku ke Perpustakaan Daerah. Aku juga sempat membuat Kartu Anggota Perpustakaan supaya bisa meminjam buku atas namaku sendiri.

Abahku juga sering membelikanku buku bacaan seperti Riwayat 25 Nabi & Rasul dan Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Dan kadang, aku diajak beliau jalan-jalan ke toko buku.

Di sekolah, aku senang membolak-balik halaman untuk mencari cerpen yang ada di buku paket bahasa Indonesia. Untuk masa SMP, aku kurang ingat momen dengan buku.

Lanjut ke SMA. Waktu kelas satu, aku membaca buku Betty Ta Iye karangan Fauzan Muttaqien yang kupinjam dari Ghina kawan sekelasku. Nah, sejak itu aku mulai menyenangi novel sampai sekarang.

Nah, ada beberapa cara supaya aku bisa baca buku. Beli di toko buku yang nyata atau yang online. Kadang menumpang baca di toko buku yang plastik bukunya sudah dibuka. Kadang menyewa buku di Da Bomb. Da Bomb itu nama tempat penyewaan buku. Kadang pinjam dari kawan yang mau meminjamiku buku.

Aku suka menyampuli buku-bukuku dengan plastik transparan. Itu pekerjaan yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Pekerjaan ini kulakukan supaya buku-bukuku tidak kumal dan awet. Pekerjaan menyampuli buku dengan plastik ini adalah gara-gara Gina. Sewaktu SMA aku pernah saling meminjamkan novel dengan dia. Waktu dia kembalikan, ternyata bukuku sudah disampul plastik transparan yang awalnya tidak. Itu menyenangkan.

Selain menyampuli buku-bukuku sendiri, aku juga suka menyampuli buku yang kupinjam dari kawan. Itu tanda terima kasihku karena sudah dipinjamkan.

Buku-buku koleksiku tidak terlalu banyak. Mungkin sekitar lima puluh tiga. Aku belum pernah menghitungnya. Semuanya terkumpul dari beli, dibelikan, hadiah dari pacar waktu dulu pernah punya pacar, hadiah dari kawan, dan menang kuis atau doorprize dari seminar.

Setelah buku selesai kubaca, biasanya aku membuat resensi buku itu. Trilogi Bartimaeus yang judulnya Amulet of Samarkand karangan Jonathan Stroud adalah buku pertama yang aku resensi. Novel yang kupinjam dari Kiki, adik kelasku di SMA. “Kalau sudah selesai baca, minta komentarnya ya,” ujar Kiki yang kira-kira begitu lewat sms. Karena komentarku lumayan banyak, aku berpikir untuk membuat resensi saja. Lalu aku mulai belajar membuat resensi dari artikel dan contoh resensi buku yang aku cari di google. Tapi, sekarang aku sedang istirahat membuat resensi. Bosan. Paling-paling aku hanya berkomentar di twitter dengan beberapa kalimat tentang buku yang sudah kubaca.

Buku-buku yang aku baca tidak bergantung kepada berapa banyak orang membicarakan bahwa buku itu bagus. Tapi, yang aku anggap bagus, itu lah yang kubaca.

Oh iya, kadang aku juga meminjamkan bukuku kepada kawan atau menghadiahkannya. Dan melihat warna warni buku-buku yang aku simpan di rak biru tiga tingkat adalah juga pekerjaan yang menyenangkan. Baiklah, aku bukan pecinta buku, apalagi kutu buku. Tapi, aku pembaca buku.


Maulana Usaid
14 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar