Jumat, 14 Maret 2014

Manusia Berkepala Tikus

foto: kingsfool - flickr.com

Belakangan ini kudengar desas-desus tentang siluman manusia berkepala tikus yang berkeliaran pada malam hari di kampungku. Hal itu membuat orang-orang sudah berada di dalam rumah masing-masing sebelum magrib.

Suasana mencekam diperkuat dengan hilangnya anak Haji Mial dua hari lalu. Terakhir kali, dia sedang bermain layang-layang di lapangan bola ketika hari sore. Dugaan orang-orang dia diculik siluman manusia berkepala tikus itu.

Orang-orang di kampungku bagandang nyiru. Biar kuberitahu, bagandang nyiru itu ritual mencari orang hilang di kampungku—dilakukan dengan memukul-mukul kayu ke nyiru sambil keliling kampung.

Bagandang nyiru sudah dilakukan. Tetapi anak Haji Mial belum ditemukan hingga malam ini.

Haji Mial sedih sekali. Dia menangis begitu mengetahui anaknya tidak pulang ke rumah. Anak satu-satunya. Malam ini pun dia masih saja menangis. Tahu tidak, itu membuat matanya buta. Padahal isterinya sudah berusaha untuk membuat Haji Mial tegar. Tetapi Haji Mial teramat sedih.

Sayangnya Haji Mial bukan Nabi Ya’qub, yang menjadi buta karena menangisi anaknya. Kemudian bisa melihat lagi dengan meletakkan baju anaknya ke mukanya. Ia hanya manusia biasa. Bukan Nabi.

Di dalam rumah hanya ada Haji Mial dan isterinya. Dan di tengah tangisannya, terdengar pintu diketuk. Dengan ragu isteri Haji Mial mencoba membukakan pintu. Padahal sebenarnya dia takut sekali. Tetapi ketukan pintu itu berbunyi terus. Mengganggu sekali dan membuat penasaran.

Ketika pintu dibuka, betapa terperanjatnya isteri Haji Mial. Akulah yang mengetuk pintu itu.

Tujuanku mendatangi rumah Haji Mial hanya untuk memberi tahu bahwa bukan aku yang menculik anaknya. Tetapi tolong dimaafkan, aku sudah berbohong tentang tempat ini adalah kampungku.

Maulana Usaid
14 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar