Minggu, 06 April 2014

Perempuan Gila

Gambar: Perempuan Gila (instagram.com/maulanausaid1912)

Biar kuberitahu dulu, sebaiknya urungkan saja untuk membaca cerita ini. Bukan bacaan yang tepat bila kamu ingin menemukan pesan moral. Atau kalimat bagus, yang kemudian kamu kutip di media sosialmu. Jangan terlalu berharap.

Meski bukan cerita yang panjang, tetap saja, aku menyarankan untuk segera meninggalkan cerita ini dan melakukan pekerjaan yang lebih bermanfaat. Kurasa itu lebih bijaksana. Daripada hanya membuang-buang waktumu saja.

Bila kamu tetap keras kepala, aku tidak apa-apa. Tapi jangan salahkan aku bila di akhir cerita kamu akan berkata, “Ah, kenapa aku tidak mengakhirinya sejak awal?"

Ini terjadi sore. Ketika anak-anak kecil pulang dari belajar ngaji di masjid, berlarian mengejar layang-layang putus. Atau ketika bulan bersiap menggantikan matahari.

Aku berjalan menuju tempat orang berjualan tahu tek yang tidak jauh dari rumahku. Aku duduk di bangku panjang di depan gerobak setelah memesan satu bungkus. Kuarahkan pandanganku ke ujung jalanan sana. Segera kudapati seorang perempuan menelungkup di atas jalanan di depan masjid.

Perempuan yang menelungkup itu menarik perhatian orang-orang yang lewat, dan aku tentu saja. Tapi aku tetap duduk di sini, memperhatikan orang-orang lewat yang kepalanya menengok ke arah perempuan tersebut sambil terus menggas motornya.

Pak RT dan Haji Pahmi mendekati perempuan itu dan membantunya berdiri. Aku menduga dia itu korban tabrak lari. Tapi kata penjual tahu tek, dia orang gila.

"Dia sering ke kuburan sini," si penjual tahu tek menjelaskan sambil menunjuk kuburan di seberang tempat jualannya dengan kepala mendongak. Ketika kutanya apa yang dilakukan perempuan itu di kuburan, penjual tahu tek menjawab tidak tahu.

Lihatlah, perempuan itu sudah berdiri. Dia berjalan ke arahku. Ketika semakin dekat, aku bisa melihat jelas wajahnya yang tanpa ekspresi. Ada sedikit pasir yang masih menempel. Tatapan matanya kosong. Sambil berjalan dia celingukan.

Pakaian yang dia kenakan adalah seragam SMP. Rambutnya ditutupi kerudung putih kumal. Di bahunya tergantung ransel. Tangan kanannya memegang kantong plastik yang berisi buku-buku. Kira-kira lima langkah setelah melewatiku dia berbalik, berjalan menuju kuburan yang ada di seberang tempat aku duduk. Ke makam yang baru satu minggu itu. Makam Unar Si Tukang Becak.

Dipegangnya batang tanaman di makam itu sambil jongkok. Mungkin itu tanaman andong merah. Sambil memegangi andong merah, dia melihat-lihat kuburan Unar. Sebenarnya aku penasaran dengan apa yang dilakukannya itu. Tapi aku cuma bisa memperhatikan saja. Mana mungkin aku menanyai orang gila dan berharap mendapat jawaban yang memuaskan.

Nah, dia berdiri lagi dan berjalan ke arah dia melewati aku tadi. Tahu tek pesananku sudah siap untuk membuatku kenyang. Aku tidak tahu ke mana sebenarnya perempuan itu ingin pergi. Yang membuatku penasaran, apakah dia memang gila?

Maulana Usaid
6 April 2014

1 komentar:

Komentar-komentar