Rabu, 05 November 2014

Jam Karet

Aku sudah tertipu. Kata di jadwal tertulis acara pembukaan dimulai jam setengah 4. Nyatanya setiba aku di tempat acara hampir jam setengah 4, orang-orang masih menyiapkan acara.


Aku akan menghadiri acara pembukaan pameran lukisan.

Jarak tempuh dari rumahku ke tempat acara sekitar 15 menit 60 detik. Sengaja aku berangkat jam 3 selepas mencuci celana dalam kotor biar tidak telat mengikuti acara pembukaan itu. Sengaja juga aku tidak menghiraukan soto yang dibawakan omku.

Aku berjalan ke pos.

“Pembukaan pameran lukisan di mana ya, Pak?” Kutanyai bapak di depan pos. Dia memakai baju berkerah dan celana panjang.

“Di sana.” Si bapak menunjuk dengan telunjuknya. Ke arah sana, tempat yang ada tenda dan bangku-bangku di bawahnya.

“Jam berapa mulainya, Pak?”

“Jam 4.”

“Oh, saya kira setengah 4.”

“Biasalah jam Indonesia.”

“Jam Banjar ih.” Bapak yang di dalam pos ikut-ikutan ngomong.

“Sama sajalah.”

“Sampai jam berapa acaranya, Pak?”

“Sampai malam. Sampai orang-orang pulang. Sampai bosan.” Kata bapak di dalam pos. Dia berjongkok mau memakai sepatunya. Sepatu pantofel warna hitam.

“Oh, sampai capek juga,” kutambahkan.

“Iya.”

“Nggak ada kaos kaki, ya, manset kubuat jadi kaos kaki.” Si bapak menunjukkan kakinya yang sudah dipasangi manset hijau berenda.

“Hahaha.”

“Nggak cuma pameran lukisan aja, ada juga teater, tarian.”

“Oh.”

Kemudian aku diam. Kedua bapak membicarakan apa yang akan mereka lakukan.

“Terima kasih, Pak.”

“Sama-sama.”

Aku pergi meninggalkan mereka, ke arah parkiran. Lalu pulang.


Mestinya kalau suatu acara bakalan ngaret, ditulis dalam kurung di samping jam terjadwal: (Jam Karet). Biar orang yang percaya bahwa acara dimulai benar-benar seperti yang tertulis dijadwal tidak tertipu.

Lain halnya ketika ngaret sewaktu janjian dengan kawan. Terserah, mau ngaret atau tidak. Tidak tertulis juga.

Malamnya aku ke sana lagi. Senang-senang nonton teater dan tarian Banjar bersama Hifni dan orang-orang lainnya yang ada di sana. Padahal niatnya mau nonton pameran lukisan saja.

Tenang saja, selalu ada cara untuk bisa senang. Kecewa tidak selamanya kan?


Maulana Usaid

2 komentar:

  1. Kayak gitu kan antisipasi karena orang-orang Indonesia senang membuat "hal-hal tak terduga", hehehe. Makanya perlu semacam "extra time" yang terkesan seperti jam karet :p

    BalasHapus

Komentar-komentar