Kamis, 31 Desember 2015

Hari Rabu

HARI RABU


"Lihat deh,” Maya menunjukkan sebuah kalender masehi kepada Abdul. “Menurut informasi di sini bahwa hari ini adalah rabu.” kata Maya seolah-olah itu adalah suatu kabar berita besar.

"Barangsiapa yang hidup pada hari rabu maka dipastikan dia sudah melewati hari selasa." kata Abdul yang duduk bersila di atas bara api berupa poster.

"Oh."

"Dengan begitu, pantaslah ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menjelajahi waktu."

"Hmm."

"Kita sedang berada di hari ini yang di hari semalam kita masih menyebutnya hari esok. Bukankah itu keren, kita bisa berpindah ke hari esok meski harus menunggu sebanyak 24 jam?"

"Lama dan membosankan."

"Tidak juga. Asalkan ada temannya tidak akan terasa lama."

"Siapa?"

"Kamu."

“Apa? Aku?”

"Pipimu jadi merah."

"Anu, aku tadi habis mengisi tinta printer," kata Maya dengan sedikit menunduk yang sebelumnya menggaruk pipinya yang gatal.

"Lagipula menunggu lampu menjadi hijau terasa lama sekali, padahal cuma 90 detik. Sedangkan menonton film bagus 1 jam 53 menit tidak terasa."

"Aneh ya, seperti kamu."

"Kenapa?"

"Apa tidak panas?"

"Apanya?"

"Itu." Maya menunjuk pantat Abdul.

"Tenang saja, ini cuma gambar.

"Syukurlah. Kukira kamu sudah gila."

"Mungkin gagasan itu ada benarnya."

"Kamu bilang apa tadi?" Maya sebenarnya mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Abdul. Tapi dia ingin mendengarkannya lagi."

"Sudah, lupakan saja. Jadi, kamu ke sini cuma untuk mengatakan bahwa ini adalah hari Rabu?"

"Tidak juga."

"Lalu?"

“Seperti katamu, kita adalah penjelajah waktu. Aku ingin bertanya, maukah kamu berbagi waktu denganku?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar