Jumat, 22 Januari 2016

Berebut Kepala

Kepada Mila,

Sudah lama sekali aku tidak menyuratimu. Sudah setahun ya? Ya, anggap saja begitu. Kira-kira saja. Kamu tidak usah repot-repot menghitungnya hingga tahu bahwa suratku sebelumnya sudah 15 bulan 27 hari yang lalu. Tidak perlu detail. Seperti kamu yang sering menanyaiku jam berapa. Aku menjawab jam 7 atau, hampir jam 7. Sedangkan yang tepat adalah jam 6 lebih 57 menit atau jam 7 kurang 3 menit.

Akhir-akhir ini ada banyak hal yang memenuhi pikiranku. Mereka berebut menguasai kepalaku. Berusaha menjadi yang paling dipikirkan. Untuk suatu alasan yang sebenarnya tidak ada, aku merasa perlu untuk membaginya sebagian denganmu. Kemudian kutulis ini.

1

Aku bertanya kepadaku tentang manusia. Aku jawab, manusia adalah dia yang senang bercerita. Kemudian kataku: Hmm.

Di hari yang lain aku bertanya lagi kepadaku tentang manusia. Aku mendapatkan jawaban yang berbeda. Manusia adalah dia yang senang mendengarkan cerita, kataku.

Pada hari yang lain lagi aku bertanya lagi kepadaku tentang pertanyaan yang sama seperti sebelumnya. Jawaban yang berbeda lagi kudapatkan. Manusia adalah dia yang senang mengeluh.

Aku ulang lagi pertanyaan yang sama di hari yang lain. Tetap saja kudapat jawaban yang berbeda. Manusia adalah dia yang pelupa, kataku pada hari itu.

Aku bertanya lagi pada hari yang lain. Apa yang kudapat? Jawaban yang tak sama dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Aku bertanya terus. Berkali-kali kutanya, berkali-kali juga aku dapat jawaban yang berbeda.

2

Aku sungguh ingin kembali ke masa abad ke-4 Sebelum Masehi. Spesifiknya sewaktu Diogenes dari Sinope duduk santai berjemur kemudian didatangi Alexander Agung. Alexander Agung bertanya apakah ada sesuatu yang bisa dilakukannya untuk membantu Diogenes.  Kemudian Diogenes berucap, ”Ya. Bergeserlah ke samping. Anda menghalangi matahari."

Aku ingin duduk bersama Diogenes. Menikmati sinar matahari. Memakan gorengan: tahu isi, bakwan, tempe, pisang goreng, dan kroket. Minum teh hangat, untukku. Kalau Diogenes, mungkin kopi hitam. Tapi yang rendah gula.

3

Kenapa tidak ada tempat khusus untuk membaca buku? Di mana waktu 1 jam di sana sebanding dengan 1 detik waktu normal di bumi. Kukira ini akan sangat berguna bagi golongan orang-orang yang lamban dalam membaca.

Aku termasuk ke dalam golongan itu. Di perpustakaan daerah, sekitar 1 jam aku membaca The Historian hanya sampai pada halaman 32. Kalau begitu, ada banyak sekali jam aku habiskan ke perpustakaan daerah kalau ingin membacanya sampai tuntas—soalnya aku sedang malas untuk memperbarui kartu anggotaku. Aku hanya bisa sekali seminggu ke perpustakaan daerah. Itu pun kalau aku sengaja menyempatkan waktu dan tidak ada pekerjaan lain.

4

Mila, apa kamu salah satunya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar