Sabtu, 19 Desember 2015

Pada Suatu Hari #2


Pada suatu hari. Hari yang biasa. Air berjatuhan dari langit ke bumi. Itu adalah dia yang dinamakan hujan. Membuat orang-orang menghentikan motornya di pinggir jalan untuk suatu hal yang dirasanya bagus, yaitu berteduh.

Kecuali bagi mereka yang memiliki jas hujan. Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.

Kecuali juga bagi mereka yang berselimut. Adalah suatu nikmat untuk tetap meringkuk sementara hujan deras di luar rumah.

Kecuali juga bagi mereka yang duduk di dalam mobil. Air hujan tidak membuat resah dan basah.

Kecuali juga bagi mereka yang senang berhujan sampai gigi bermeletuk. Sampai kulit telapak tangan keriput. Sampai demam besok harinya. Tapi mudah-mudahan lekas sehat kembali. Biar bisa makan es krim lagi.

Hari sudah siang. Sejak pagi, mesti tidak lebat, hujan masih saja ingin membasahi bumi beserta penghuninya. Penjual cendol memandangi air hujan yang jatuh ke atas genangan di depan gerobaknya, menimbulkan riak di sekitar jatuhnya air. Bibirnya membuat senyum.

Seorang pemuda mengeluhkan motornya yang kotor lagi karena baru saja dicuci dan jemurannya yang tidak kunjung kering sehingga menimbulkan bau tidak enak. Para burung dara berkumpul di halaman depan kelenteng. Paruh mereka mematuk-matuk sesuatu yang ada di bawah mereka.

Hujan lama mengingatkaku pada sebuah cerita pendek yang pernah aku baca di fiksilotus.com. Hujan Berkepanjangan karya Ray Bradbury. Cobalah baca, siapa tahu akan suka juga.

Malam semakin sunyi, rasa-rasa berkumpul menjadi sepi. Ketika sunyi, apa yang kamu lakukan, pikirkan dan rasakan?

2 komentar:

  1. Dan, pemuda itu pun kini tengah mencurahkan keluh kesahnya di laman blognya. Dalam keadaan setengah telanjang, terbalut sehelai handuk, dia mesra dengan dunianya. :)

    Salam kenal, bung.
    http://penjajakata.com/

    BalasHapus

Komentar-komentar