Malam tadi Andai menelepon saya. Tidak terangkat. Karena saya sedang di wc. Setelah tuntas, saya telepon balik. Abdi meninggal, benarkah, katanya. Lantas saya memeriksa grup whatsapp kantor. Berita duka tersebut benar. Teman kami, Abdi Darmawan kecelakaan di Pelaihari, meninggal di tempat.
Seharusnya saya tidak terkejut. Karena setiap yang bernyawa pasti merasakan mati. Tapi tetap saja saya terkejut ketika mendapat berita kematian seseorang. Dia meninggal kecelakaan.
Saya pernah berdiskusi dengannya waktu masih sekantor. Dia orang yang asyik. Kami membicarakan buku dan hal apapun lainnya. Dia juga pembaca buku seperti saya. Saya ingat dia pengagum Dalai Lama. Saya juga ingat pernah membicarakan perihal ucapan duka di grup whatsapp dengannya. Menurut saya, ucapan duka itu perlu diketik. Itu menunjukkan kesungguhan, meski hanya mengetik innalillahi. Menanggapi berita duka dengan stiker seperti tidak ada 𝘦𝘧𝘧𝘰𝘳𝘵 atau upaya dan terasa kosong. Saya lupa bagaimana dia menanggapi pendapat saya. Tapi saya menepati perkataan saya kala itu:
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Mudahan abdi husnul khotimah. Aamiin.
Allahummaghfirlahu warhamu wa'aafihi wa'fuanhu. Selamat jalan, Kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar