Selasa, 09 September 2025

Maag Avocadoffee

Pulang kerja hari ini saya mau membeli parfum laundry di Jalan Kuripan. Begitu  sampai di sana, tokonya tutup. Saya beli empek-empek murah di gerobakan. Di seberang jalan dekat toko parfum laundry yang tutup tadi. Harganya seribu rupiah. Saya beli lima ribu lalu meluncur ke Indomaret di Jalan Gatot Subroto. Di masa saya SMA, anak-anak muda sering menyebutnya Gatsu. Sekarang sebutan Gatsu terasa tidak terdengar lagi. Hanya Gatot. Atau mungkin karena saya saja yang sudah mulai tua. 


Di Indomaret, saya memesan Avocadoffee di konter Point Coffee. Harganya 30 ribu rupiah. Di depan konter ada tiga meja kecil persegi. Masing-masing memiliki dua kursi yang saling berhadapan. Di meja paling dekat konter ada perempuan berpakaian PNS duduk membelakangi pintu keluar. Di meja sebelahnya kosong. Di meja satunya ada pria duduk membelakangi rak display sedang sibuk dengan laptopnya. Sementara menunggu pesanan saya selesai dibuatkan saya menaruh empek-empek di meja kosong, lalu berjalan mencari tisu merk Indomaret. 


"Enam ribu," kata kasirnya. Saya kasih tujuh ribu. Lalu diberi kembalian seribu. Saya lihat di struk belanja ternyata harganya enam ribu dua ratus. Sungguh ini kejadian langka. 


Pesanan saya sudah jadi. Saya lihat di luar ada lima meja bundar. Kursi-kursi di semua meja sudah terisi, kecual di meja paling ujung. Saya angkut empek-empek, tisu, dan Avocadoffee ke meja kosong di luar. 


Saya ingin menceritakan yang sebenarnya. Meja kosong yang saya katakan tidak benar-benar kosong. Lihatlah, maksud saya, bayangkanlah, separu meja dipenuhi sampah oleh orang-orang terdahulu. Ada kulit pisang talas, botol Krating Daeng, botol Mizone, botol Kapal Api Signature, botol C1000, gelas Point Coffee, struk belanja, bungkus es krim Walls, tisu bekas, botol Kopi Kenangan, botol Hydro Coco, abu rokok, dan apa lagi ya. 


Saya heran, dengan mudahnya orang-orang terdahulu itu meninggalkan kotoran mereka. Untuk kemudian dibereskan oleh tentu saja pegawai Indomaret yang sebenarnya bukan tanggung jawab mereka. Padahal hanya mengangkutnya lalu menjatuhkannya ke dalam tong sampah yang sudah disediakan. Menurut saya itu perbuatan yang mudah, kecuali bagi orang-orang yang tidak mau. Tapi mau bagaimana lagi, hari sudah senja. 


Saya sungguh telat menyadari bahwa minuman yang saya pesan ada campuran kopinya. Saya kira maag saya kambuh. Perut mulai mual. Telinga menjadi agak panas dan memerah. Tapi sudah kepalang tanggung, pelan-pelan Avocadoffee saya habiskan sambil menyelesaikan cerita. Kemudian pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar