Rabu, 01 Desember 2010

Gagal Ke Bandung Gratis

Gagal Ke Bandung Gratis

Kemarin adalah hari yang bersejarah dan istimewa bagiku setelah aku membaca status temanku di facebook.

***

Setelah sholat Subuh aku tidur lagi karena mataku masih mengantuk. Pas aku bangun ternyata sudah jam 7. Lalu, aku buru-buru ke wc untuk memenuhi panggilan alam*) soalnya jam 8 nanti ada kuliah. Seperti biasa, sambil melaksanakan panggilan alam aku membuka facebook lewat handphone. Memang agak jorok. Tapi, daripada cuma bengong lebih baik sambil online. Di home facebookku tertulis, “Iatmi Cirebon wants to be your friend, Confirm-Ignore”. Dalam hati aku berkata, “Wah, siapa nih yang meng-add aku? Dari namanya sepertinya perempuan”.

Aku buka profil Iatmi Cirebon. Ternyata Iatmi Cirebon adalah Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia. Hatiku sedikit bangga, karena di-add oleh suatu lembaga.

Setelah tuntas aku mandi dan siap-siap mau ke kampus. Sambil mempersiapkan diri buat ke kampus, aku memasak mie instant. Inilah yang menjadikan hari selasa tanggal 30 November 2010 adalah hari bersejarahku. Aku makan mie instant lagi setelah berbulan-bulan tidak memakannya. Mungkin sudah setahun lebih. Alasannya karena setelah makan mie instant, biasanya aku langsung mencret. Tapi, kemarin ku beranikan diri untuk makan mie instant lagi dengan mensugestikan pikiranku bahwa tidak apa-apa kalau makan mie instant. Tidak membuatku mencret. Dan sugestiku berhasil. Tidak terjadi apa-apa dengan perutku.

Sebelum pulang kuliah aku menyempatkan diri untuk bersantai di Sekretariat LPM LENSA (Lembaga Pers Mahasiswa) Politeknik Negeri Banjarmasin. Aku online lagi di laptop lewat hotspot kampus. Klik—Confirm, menandakan aku sudah berteman dengan Iatmi Cirebon.

Perut yang lapar mengharuskanku untuk pulang.

Setelah kuliah biasanya aku menjalankan hobiku, yaitu nonton film di laptop. Kali ini aku nonton film The Social Network. Film tentang sejarah terciptanya facebook. Pencipta facebook yang bernama Mark Zuckerberg itu adalah seorang milyarder termuda di dunia saat ini, walau tidak lulus dari Harvard University tempat dia menuntut ilmu.

Capek habis nonton film, aku istirahat di atas kasur sambil buka facebook lewat hp. Membaca-baca status orang. Ada satu status yang menarik perhatianku. Seorang yang baru saja berteman dengaku pagi tadi, Iatmi Cirebon. Statusnya tertulis, “BERMIMPI UNTUK MENJADI PENULIS BESAR? Ayo PERJUANGKAN mimpimu!!! Jangan langsung menyerah karena keterbatasan materi dan kendala jarak untuk mengikuti ilmu yang diberikan di ASMA NADIA WRITING WORKSHOP BANDUNG. Hubungi kami di 0231-3631889 (sms/telp). Insya Allah kami bantu.”

Aku baca berulang-ulang. “Mungkin akan dibiayai oleh Iatmi Cirebon jika menghubungi nomor tersebut”, pikirku. Awalnya sih aku ragu. Tapi aku putuskan untuk meng-sms. “Ini adalah kesempatan”, pikirku lagi.

Inilah percakapan antara aku dan Iatmi Cirebon lewat sms:

Aku: Maaf. Aku yang komen di status Iatmi Cirebon. Bagaimana caranya sedangkan aku memiliki keterbatasan materi dan jarak? (sebelumnya aku sudah memberi komen di statusnya)
Iatmi Cirebon: Mas Maulana Usaid? Mas domisilinya di mana sekarang?
Aku: Iya. Aku di Banjarmasin.
Iatmi Cirebon: Waduh mas, kalo masih di pulau Jawa sih bisa kita gratiskan dan ongkos bisa kami tanggung. Tapi kalo Banjarmasin susah ya...
Aku: Oh gitu ya. Yaudah gak papa. Terima kasih ya atas infonya.
Iatmi Cirebon: Mohon maaf sekali ya mas... Mudah-mudahan lain waktu Allah memberikan kesempatan yang  jauh lebih baik... Tetap semangat menulis!
Aku: Aamiin. Oke. Gak papa. Santai saja. :)

Yah. Gagal deh ke Bandung gratis mengikuti ASMA NADIA WRITING WORKSHOP BANDUNG. Kalau ikut kan ini bisa jadi pertama kalinya aku ke luar pulau Kalimantan dan pertama kali juga naik pesawat. Juga dapat ilmu tentang kepenulisan.

Tidak apa-apa. Mungkin rezekiku bukan di situ.

Tapi, entah kenapa setelah obrolan singkat lewat sms tersebut membuatku menjadi lebih semangat untuk menulis. Setelah mandi aku sholat Maghrib. Lalu, aku menulis kejadian bersejarah hari ini di blogku, makan mie instant lagi setelah sekian lama tidak memakannnya dan status facebook yang membuatku lebih semangat menulis.

Ada hikmah yang dapat ku petik dari kejadian tadi. Walau aku gagal mengikuti workshop kepenulisan tapi kegagalan itu tak lantas membuatku kecewa dan menyerah, melainkan sebaliknya. Aku lebih semangat lagi untuk mengasah kemampuanku dalam menulis dan memperbanyak membaca buku. Karena ada ungkapan, “Membaca buku adalah bahan bakarnya penulis.”

Aku juga membuat sebuah target, minimal membaca satu buku dalam satu minggu dan minimal membeli satu buku dalam satu bulan.

“Sebagian orang mengatakan kesempatan hanya datang satu kali, itu tidak benar. Kesempatan itu selalu datang, tetapi Anda harus siap menanggapinya” (Louis L’amour)

*) Buang air besar

2 komentar:

  1. terus semangan untuk menulis mas, walau gagal ke Bandung tapi kan banyak hihmahnya ...

    BalasHapus
  2. Iya mas. saya tetap semangat nulis kok

    BalasHapus

Komentar-komentar