Kamis, 26 Januari 2012

Semalam di Bukit Kebersamaan

“Kalian ada berapa orang?” Tanya ibu yang duduk di sebelah kiriku.
“Cuma bertiga, Bu.” Sahutku sambil tersenyum.
“Ih, nekat banget.”
Aku hanya tertawa kecil, kemudian meniup kopi yang masih panas.


Sudah lama aku dan Andit berencana backpacking keliling pulau Jawa. Tapi, liburan kali ini masih belum bisa. Maka, Andit mengusulkan untuk kamping ke Mandiangin yang masih berada di kawasan Kalimantan Selatan.

Minggu, 22 Januari 2012, jam setengah 8 malam, aku, Andit, dan Yusirwan berangkat dari rumah Andit. Padahal sudah ngajak teman-teman lain, tapi mereka nggak bisa. Ya sudah, cuma bertiga yang pergi.

Jam 9-an kami singgah dulu ke rumah Putu di dekat bundaran Martapura. Sekalian numpang sholat Isya. Kira-kira setengah jam kemudian kami berangkat lagi. Sebelumnya motor sudah kami isi full tank di pom bensin dekat bundaran biar nggak mogok di jalan.

Alhamdulillah, sekitar jam 10 kami sampai di Mandiangin.  Setelah memarkir motor, kami menuju sebuah warung untuk ngopi dulu. Di sana kami bertemu satu keluarga, ayah, ibu, dan ummm.. kalo nggak salah enam atau tujuh orang anak. Ternyata mereka juga berkemah, tapi cuma di depan warung itu saja. Walau begitu, mereka keluarga yang keren. Kamping sekeluarga, cuuyy..

Jam sudah menunjukkan setengah sebelas malam. Setelah membayar semua pesanan dan memastikan nggak ada barang yang ketinggalan kami pun berangkat menuju bukit. Motor kami titipkan sama pemilik warung. Berbekal 2 lampu emergency dan 1 lampu handphone kami menelusuri track berbatu. Padahal di dekat warung ada lapangan tempat berkemah, tapi malam itu lagi banyak orang yang berkemah, maka kami putuskan untuk berkemah di bukit saja.

Di tengah perjalanan, Yusirwan menyadari bahwa di belakang kami ada cahaya lampu yang mengikuti. Kami mencoba berpikir positif, tapi tetap waspada dengan sesekali melihat ke belakang.

Sampai di ujung jalan kami mendapati ada rumput-rumput tinggi, berarti harus membuka jalan. Andit yang bertugas memandu jalan juga agak lupa bukit kebersamaan itu lewat mana. Daripada membuka jalan, kami memutuskan untuk segera belok kanan dan mendaki. Pendakian bukit dimulai. Agak sedikit sulit sih, soalnya sandal yang kupakai bukan sandal buat mendaki. Baru setengah pendakian, napasku sudah ngos-ngosan. Inilah efek dari malas olahraga.

Jam 11 sampai di atas. Tak disangka, kami sampai tepat di bukit kebersamaan. Setelah istirahat sekitar 5 menit, Andit dan Yusirwan bertugas mencari rumput kering dan ranting pohon untuk membuat api unggun. Aku bertugas menjaga kemah. Ya, sendirian.

Daripada bengong sendirian jaga kemah, lebih baik kusms seseorang sekedar ngobrol biar nggak kosong pikiran. Dia adalah Laila, kawanku waktu SMA. Untunglah katanya nggak ganggu.

Jam setengah satu pagi baru bisa santai. Bisa ngerokok, makan, atau minum. Oh yeah, akhirnya kesampaian juga bisa kamping begini.

minum anggur biar hangat

oh iya, anggur ini bebas alkohol

sok-sokan main api

walau lauknya cuma pilus tapi tetap nikmat

berusaha menahan hasrat ingin boker dengan tidur


Jam 4 pagi kami berusaha untuk tidur karena sudah capek. Tapi apa daya, begitu mata terpejam sebentar di belakang kemah terdengar bunyi gresek-gresek seperti orang lagi jalan. Kontan saja kami terjekut. Begitu dicek nggak ada orang. Sebagai jaga-jaga, kuletakkan parang di sebelahku.
Padahal bunyi itu sebenarnya angin yang meniup rumput dan menggesek kain terpal. Tapi, tetap saja harus waspada.

Akhirnya pagi datang juga, kecemasan akan bunyi gresek-gresek di belakang kemah pun hilang.

nah, ini lagi manasin kopi sisa malam

Sebelum turun, kami sempatkan untuk foto-foto dulu. Jam 8.15 kami turun. Sebenarnya terlalu pagi untuk pulang, tapi Andit mau ada rapat, ya sudah. Sekitar jam 10.15 aku sampai di rumah.

saingannya sm*sh

Well. Kegiatan kamping seperti ini selain untuk refreshing, juga melatih kebersamaan. Saling menyemangati selama pendakian. Saling berbagi tugas. Saling berbagi barang bawaan. Dari kamping bisa terjalin sebuah kebersamaan. Dari kamping juga bisa ketahuan mana yang benar-benar kawan, mana nggak.

Semoga kamping selanjutnya bisa lebih seru lagi dan lebih banyak yang ikut. Tengkyu, boy, atas kampingnya.

Kepada Laila. Tengkyu, cuy, atas obrolannya selama jaga kemah.

Maulana Usaid
26 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar