Kamis, 09 Februari 2012

Lagi Pula, Duniawi

Nopember 2011 lalu aku menerima sebuah pesan di facebook. Setelah kubuka, ternyata pesan itu dari teman lamaku—anggap saja namanya ‘kawan.’ Katanya, dia lagi di Surabaya dan kehabisan duit nggak bisa pulang ke Banjarmasin. Jadi, dia minta tolong pinjam duit ke aku. Melihat teman dalam kesulitan, ya, kubantu saja. Lagipula duitku ada.

Yang jadi masalah,bagaimana cara aku mengirim duitnya, sedangkan aku belum punya rekening bank. “Tenang saja,” kata kawan. “Nanti, ada temanku yang mengambil duitnya ke rumahmu. Dia yang akan mentransfernya.” Lanjutnya lagi di sms setelah kuberikan nomor hpku.

Lama kemudian di luar rumahku terdengar ada yang memanggil. “Mungkin itu temannya kawan,”aku menebak dalam hati. Ternyata tebakanku salah, yang kutemui di luar malah kawan. Dia ngasih penjelasan sedikit yang padahal aku nggak ngerti sama sekali apa yang dia katakan. Ingin rasanya kutanya-tanyai dia saat itu. “Tapi, nanti saja ah,” pikirku dalam hati. “Pas dia bayar saja.” Setelah kuserahkan duitnya, dia pulang.

Nah, dari situ aku mulai curiga sama kawan. Tapi, kucoba untuk tetap positive thinking.

Pada hari yang ditentukan kawan nggak kunjung datang ke rumahku. Kubiarkan sampai beberapa hari,lalu kusms dia. Lama. Nggak ada balasan. Kemudian kukirim pesan ke facebook dia. Alhamdulillah dijawab. Dia memberikan tanggal bayar lagi. Katanya, dia nggak ada pulsa, makanya nggak bisa balas smsku.

Oh, maannnn. Dia nggak datang lagi. Beberapa kali kutagih, bermacam-macam juga alasannya. Awalnya, aku masih respek. Tapi, lama-kelamaan aku kesal juga. Akhirnya, nggak kutagih lagi. Capek nagih terus. Lagi pula, duniawi. Duitku juga masih banyak. Anggap saja sudah lunas.


Maulana Usaid
9 Pebruari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar