Kamis, 26 Juli 2012

Tulisan Untuk Laki-laki (Aku)

7 Golongan Mendapat Naungan Allah
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
  1. Pemimpin yang adil.
  2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
  3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
  4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
  5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah.
  6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
  7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Seperti bulan Ramadhan yang lalu-lalu. Masjid dan musholla penuh sesak dengan jamaah. Laki-laki dan perempuan berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah Qiyamul Lail atau yang sering disebut shalat Tarawih.

Wajah-wajah lama dan wajah-wajah baru membaur jadi satu. Wajah-wajah lama, jamaah yang sudah sering muncul di masjid baik Ramadhan tahun lalu maupun di luar Ramadhan. Wajah-wajah baru, jamaah yang jarang shalat berjamaah di masjid atau baru pertama kali.

Yang menjadi perhatianku adalah wajah-wajah baru. Kenapa jarang shalat berjamaah di masjid? Padahal kebaikannya lebih tinggi 27 kali lipat daripada shalat sendirian di rumah. Padahal akan ditinggikan derajatnya bagi yang shalat berjamaah di masjid. Padahal..

Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)
Dari Abu Musa radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)

Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya serigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)

Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)

Selain keutamaan, pahadal banyak juga ancaman bagi yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid tanpa uzur (halangan).

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sungguh saya ingin memerintahkan pada para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar yang banyak , kemudian saya akan mendatangi orang-orang yang shalat dirumahnya tanpa uzur, dan saya bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah & Tirmidzi)

Jadi, shalat berjamaah di masjid hanya pada bulan puasa, kamu tidak merasa rugi, takut, dan malu hai, laki-laki (aku)?

Maulana Usaid
26 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar