Rabu, 04 Juli 2018

Setiap yang Ada

Setiap yang ada harus siap untuk tiada. Dan yang masih bertahan sebaiknya berlapang dada.

Setiap yang pergi meninggalkan dunia akan memberi suatu tanda. Kadang kita tidak menyadarinya. Kadang juga sadar, namun seakan seperti meremehkan.

Seperti yang sudah-sudah kalau mau berangkat kerja aku berpamitan dulu. Tetapi hari itu tidak seperti biasanya. Kai tidak merespon uluran tanganku untuk bersalaman. Kubilang, aku mau berangkat kerja, juga tidak ada jawaban. Dan matanya yang biasanya memejam saja meskipun disuruh untuk melek tiba-tiba saja terbuka, memandangi aku dan nini dari atas ranjang tempat ia terbaring.

Aku dan nini berpandangan dan menyadari ada sesuatu yang aneh.

"Lana mau minta maaf," kata nini.

"Ulun minta maaf, Kai." Kubilang kepadanya sambil mencium punggung tangannya.

Napasnya terdiam sebentar, lalu nini memegang dadanya. Kukira ia sudah hilang. Tiga detik kemudian ia bernapas lagi. Dengan berat.

Karena mengingat hari itu akan pindah ruangan, maka aku putuskan untuk tetap berangkat kerja. Sebelum pergi, kudatangi abah dan bilang kepadanya bahwa kai berubah.

Dan benar saja. Belum sampai setengah perjalanan aku mendapat telepon dari abah yang mengabarkan kai sudah meninggal. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung pulang.

Seketika rumah ramai dengan orang-orang yang bertakziah. Memberikan ucapan belasungkawa dan doa-doa. Di masjid, banyak sekali orang-orang menyalatkan. Seperti salat jumat saja. Sampai-sampai ada yang mengira itu hari jumat, padahal senin.

Di kompleks pekuburan, banyak juga orang-orang yang ikut mengantarkan. Seiring doa dipanjatkan di atas kubur, gerimis turun ke bumi. Bukankah hujan adalah waktu yang mustajab untuk berdoa?

Selepas magrib, aku ambil alquran dari tempat penyimpanannya. Kubuka halaman yang ada penanda dari tali berwarna merah. Kemudian aku baca dengan kenyaringan yang sedang. Hampir 1 halaman aku rampungkan, bacaanku tersendat. Aku teringat bahwa ia senang mendengarkanku membaca alquran. Aku berhenti sebentar untuk mengendalikan emosiku. Kemudian kulanjutkan bacaan dan tersendat lagi. Lalu akhirnya aku benar-benar berhenti ketika selesai membaca ayat terakhir di halaman itu. Kemudian yang terjadi adalah apa yang semestinya terjadi.

Setahun yang lalu aku pernah menulis status facebook begini: "Bila diperhatikan, di sekitaran hari raya idul fitri, selain banyak yang nikah juga banyak yang mati. Hmm." Dua hari yang lalu, hal seperti itu terjadi di dalam rumahku.

Mulai semalam sepulang kerja, aku tidak melihat lagi ada lantai basah di teras belakang karena kamar mandi darurat baru selesai digunakan. Kai orang baik. Mudah-mudahan husnul khotimah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar