Rabu, 01 Juli 2020

Benalu dan Inangnya

Dia, Benalu itu, tidak tahu diri mengisap sari-sari makanan dari Inang yang ditumpanginya. Hidupnya dari merampas hak Inang secara halus. Sedangkan Inang yang ditumpanginya harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diingini.

Benalu kerap memandang rendah Inang, hanya karena posisinya lebih tinggi. Benalu bersikap seolah-olah dia lebih baik daripada Inang. Benar-benar dangkal.

Inang sebenarnya sangat terganggu dengan keberadaan Benalu di pundaknya. Tetapi akar Benalu terlalu kuat mencengkram. Inang mengira, melepaskan Benalu dengan kekuatan sendiri hanya akan melukai dirinya sendiri. Ia membutuhkan batuan tangan yang kuat nan sakti untuk menarik paksa Benalu.

Ia juga perlu bersabar sedikit lebih lama lagi. Oke, mungkin banyak. Karena dari cerita-cerita masa lalu kesabaran akan berbuah manis. Inang mempercayai dan meyakininya walau tidak tahu akan sepanjang apa kesabarannya. Dan di ujung kesabaran itu nanti mungkin akan ada suatu hikmah baginya. Sembari bersabar, Inang berucap: Sialan, Kau!

Kemudian Inang tersadar akan suatu hal. Jangan-jangan Benalu selama ini tidak sadar bahwa selama ini dia adalah parasit. Ah, sialan, Kau! Ucap Inang lagi. Sedangkan Benalu sedang santai menikmati kopi bersama tahu isi dan bakwan dan pisang goreng.

***

Benalu berhasil dilepas dari pundak Inang. Inang merayakannya dengan bersuka cita. Tetapi di tengah-tengah kegembiraannya tanpa disadari Inang, Benalu baru mulai tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar