Sabtu, 24 Agustus 2024

Babah Jangan Marah

"Babah jangan marah-marah," ucap Salman kepada saya setelah dimandikan mamanya pagi hari ini. 

Pada malam sebelumnya saya memarahi Salman sambil berteriak karena tidak patuh dengan larangan: jangan bermain di halaman tetangga. Dia mengangkut pasir di halaman tetangga dengan sekop mainannya lalu menuangnya ke jalanan. 

Kedua, karena sudah duduk mau makan nasi malah bangun lagi untuk main. Ketiga, karena makan nasi sambil loncat-loncat di tempat tidur, dan keempat, karena nasi suapan terakhir hanya dikulumnya di pipi sebelah kiri. 

Sebenarnya saya jarang memarahi Salman, apalagi meneriakinya. Entah kenapa malam itu saya tidak bisa tetap tenang. Mungkin karena lelah. 

Badan dan pakaiannya kotor. Saya angkat Salman ke kamar mandi untuk dimandikan. Setelah mandi, saya lantas meminta maaf karena sudah memarahinya. Saya menciumnya. Kami berpelukan. 

Pagi ini, popok Salman bocor karena kepenuhan. Mamanya segera mengangkatnya ke kamar mandi, sementara saya membereskan tempat tidur yang basah oleh kemih Salman. 

Selesai berpakaian Salman mendatangi saya. Babah jangan marah-marah, katanya. Dia mengulangi kata-kata yang saya lontarkan kepadanya. Perihal kejadian malam tadi masih membekas di ingatannya. 

Maaf babah ya, katanya. Seharusnya babah yang meminta maaf, maaf ya, jawab saya. Sepertinya Salman masih belum memahami konsep meminta maaf. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar