Subuh semalam saya dibuat kecewa oleh cecak. Sebagai pemburu cecak, setiap kali bertemu cecak di rumah saya pasti saya kejar sampai mati. Mencontoh dari John Wick dan Tuan Sakamoto, saya menjadikan benda yang ada di dekat saya sebagai senjata. Dari sapu, tas jas hujan, botol minyak urut GPU, sampai sandal Eiger saya pakai untuk menyerang cecak.
Bahkan ketika tidak menemukan alat, saya gunakan kaki kiri untuk menginjak cecak. Peristiwa ini terjadi di kamar mandi. Juga ketika saya mau keluar rumah. Di pintu sedang ada cecak lengah. Saya tidak menemukan satu pun alat, tapi saya harus bertindak cepat. Lalu dengan segenap tenaga, saya pukulkan telapak tangan kanan hingga menutupi seluruh tubuh cecak. Seketika dia tumbang ke lantai.
Namun subuh semalam saya ke kamar mandi mau mengambil air wudu. Di saat itu saya bertemu dengan cecak di dinding di atas bak mandi. Karena mengantuk, saya tidak bersemangat langsung menyerang cecak. Saya kunci pintu kamar mandi lalu berwudu. Setelah ini kamar mandi akan saya semprot dengan baygon, pikir saya.
Keberuntungan sedang berpihak kepada cecak. Selesai berwudu saya tidak menemukan cecak di setiap sudut kamar mandi dan segera menyadari bahwa di bawah pintu kamar mandi ada celah.
Kecewa telah berlalu. Pagi hari ini saya dibuat gembira oleh Salman. Mamanya mengirimi pesan whatsapp bahwa Salman makannya banyak. Dia senang karena saya puji hebat makannya banyak. "Jar Babah, Salman hebat makannya banyak", kata Salman kepada Emma.
Malam tadi saya lagi tiduran, kelelahan, mengantuk, dan menunggu isya. Selepas salat isya saya berencana tidur. Lalu ada video call Whatsapp dari Emma. Di seberang sana Salman sedang disuapi makan. Salman makannya banyak, kata Emma. Refleks saya menanggapi dengan: Masyaallah, hebat, salman makannya banyak.
Entah kenapa ucapan saya itu membekas di ingatannya dan membuatnya yang awalnya sedikit makan menjadi banyak. Padahal saya mengatakannya sambil tiduran dan mengantuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar