Menumis Itu Gampang: Menulis Tidak. Begitu judul buku yang barusan saya selesaikan membacanya dengan cara mencicil: di bis sewaktu berangkat kerja, di dalam pesawat ketika tidak bisa 𝘮𝘦𝘯-𝘴𝘤𝘳𝘰𝘰𝘭 media sosial, di kursi paling belakang mobil ketika berkunjung ke desa, di rumah ketika lagi sendirian, dan di tempat lainnya ketika ada kesempatan.
Buku karya Mahfud Ikhwan ini saya beli karena judulnya yang unik. Menumis dan menulis, kata kerja yang terdengar mirip tapi memiliki makna yang jauh berbeda. Disandingkan dalam sebuah judul, masing-masing dirangkai menjadi frasa yang saling berlawanan. Jadilah judul yang tidak hanya unik tapi juga menarik, bagi saya.
Saya memang menyukai tulisan yang unik. Misalnya tulisan pada plang larangan membuang sampah di ujung Jalan Banjar Indah Permai, di depan tanah kosong bersemak belukar, begini tulisannya:
YA ALLAH..
SAYA RELA MELARAT
SAMPAI ANAK CUCU
JIKA SAYA
MEMBUANG SAMPAH
DI SEPANJANG JALAN INI
Aamiin ... (emotikon berdoa)
Buku Menumis Itu Gampang adalah kumpulan sebagian tulisan-tulisan Mahfud Ikhwan pada kolom mingguan yang bernama "Rebahan" di Mojok.co. Cerita sehari-hari pada masa pandemi 2020 lalu yang dibentur-benturkan dengan kejadian yang pernah terjadi yang dialami oleh penulis. Membacanya terasa seperti sedang mendengarkan seorang teman yang sedang bercerita.
Penulis piawai dalam menceritakan kejadian yang sebenarnya biasa saja menjadi sesuatu yang seru dan filosofis. Seperti cerita menumpuk ampas teh di pot kecil di atas wastafel yang berjudul Hasil, cara mengupas kulit gembili pada cerita berjudul Tercerabut, tahi-tahi ayam tetangga di beranda rumah yang berjudul Ayam di Beranda, atau kegemaran menonton film India pada cerita Tiga Jumat.
Sepertinya setelah ini saya akan mencari dan 𝘮𝘦𝘯-𝘤𝘩𝘦𝘤𝘬𝘰𝘶𝘵 buku lainnya dari Mahfud Ikhwan. Semoga ada rezekinya. Saya tidak pernah membuang sampah di sepanjang ujung Jalan Banjar Indah Permai yang bersemak belukar itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar