Saya dan cecak tidak akan pernah menjalin hubungan yang akrab. Bila melihat cecak di dalam rumah dengan segera akan saya buru hingga si cecak tak berdaya dan tak bernyawa. Bila keberuntungan lagi menghinggapi cecak, saya akan membukakan jendela atau membukakan pintu untuk membiarkannya lepas begitu saja. Atau, saya tidak bisa menemukannya ketika si cecak bersembuyi dengan istikamah di balik benda besar semacam lemari.
Saya akan memburu cecak dengan benda-benda yang ada di dekat saya, atau bila tidak menemukan benda apapun maka saya menggunakan telapak tangan atau kaki untuk menghabisi cecak. Tapi saya pernah dikejutkan oleh cecak ketika suatu malam membuka pintu belakang rumah. Tiba-tiba saja di atas pintu muncul cecak sebesar tokek. Mungkin dia juga terkejut ketika melihat saya sehingga terjatuh ke lantai lalu segera kabur ke belakang lemari.
Ini pertama kalinya saya berhadapan dengan cecak sebesar tokek. Dengan cepat saya ambil sapu dan obat nyamuk semprot. Kemudian saya periksa belakang lemari tapi nihil. Di bawah lemari juga tidak ada. Meski saya semprot dengan obat nyamuk, tidak juga dia menampakkan diri. Saya merasa kalah dan menghibur diri dengan menganggap si cecak sudah kabur keluar rumah lewat pintu yang belum saya tutup.
Kamis pagi kemarin sewaktu mau berangkat kerja saya menemukan cecak kecil di bawah sandal di pelataran. Dia mau kabur, tapi tangan saya lebih cepat untuk menepuknya hingga menempel di lantai pelataran. Si cecak masih hidup. Ekornya bergerak ke kanan ke kiri berulang-ulang. Saya mendapatkan ide untuk mengolok-oloknya. Saya rekam cecak yang menggoyangkan ekornya tersebut sambil berkata satu-dua satu-dua satu-dua, seolah-olah si cecak sedang berolahraga. Kemudian saya pergi. Membiarkan si cecak menempel di pelataran dan berharap dia akan mati perlahan-lahan karena bosan tidak bisa ke mana-mana. Namun ketika saya pulang, si cecak telah lenyap.
Besoknya ketika mau berangkat kerja lagi tidak ada cecak di bawah sandal di pelataran, melainkan ada tahi cecak di pijakan kaki beat karbu 125 saya. Bukan saya mau bersuuzan dengan cecak kecil kemarin, tapi tahi cecak ini berukuran kecil. Bahkan bila ternyata bukan cecak itu yang berak di motor saya tapi tetap saja semua cecak berwatak kurang ajar dan kada tahu dibasa.
Saya biarkan saja tahi cecak itu tanpa dibersihkan. Saya parkir motor di tempat seperti biasa lalu naik bus menuju tempat kerja. Berharap motor saya akan bersih dengan sendirinya oleh hujan. Benar saja, sepulang kerja saya dapati tahi cecak telah lenyap diguyur hujan deras. Suatu kehilangan yang alih-alih saya sedihkan, senyum saya malah terkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar