Setelah target lari berubah, yaitu ingin pace menjadi 7 menitan, saya rasa perlu memasang aplikasi baru pelacak aktivitas olahraga. Tepat sebelum memulai lari sore hari ini saya memasang aplikasi populer Strava. Agak sedih sebenarnya meninggalkan aplikasi bawaan Infinix yang telah membersamai hingga saya kuat berlari 5 kilometer.
Hari ini saya hampir menyerah di kilometer 2,4. Perut sebelah kanan saya mendadak kram. Ingin berhenti saja tapi sudah separuh perjalanan. Saya paksa tetap berlari. Saya pelankan kecepatan hingga berangsur-angsur kramnya berkurang. Lalu saya tambah lagi kecepatan semampunya.
Di kilometer keempat nafas saya mulai berat. Kedengaran nyaring di telinga. Saya jadi teringat dengan adegan lari di film Children of Heaven. Film asal Iran yang saya tonton di televisi Digitec Ninja semasa SD dulu. Adegan ikonik seorang kakak laki-laki yang harus bergantian memakai sepatu sekolah dengan adiknya karena miskin. Ketika pulang sekolah dia tanpa sengaja menjatuhkan sepatunya di selokan yang airnya mengalir. Ini membuatnya harus berlari mengejar sepatu yang terbawa arus air. Sementara adiknya di rumah sedang menunggu sepatunya untuk segera dipakai ke sekolah. Seingat saya seperti itu ceritanya. Nafas tersengal-sengal saya mengingatkan saya dengan bunyi nafasnya yang sedang mengejar-ngejar sepatu.
Tak disangka, di hari pertama saya menggunakan Strava pace saya tembus 7:57/km. Sedikit lebih cepat daripada Senin kemarin. Perasaan gembira saya mirip dengan ketika saya kuat berlari 5 kilometer untuk pertama kalinya pada September 2024 lalu. Meski di akhir saya hampir muntah karena mendadak berjalan setelah berlari kencang. Sebisa mungkin saya tahan untuk tidak muntah. Tentu saja saya malu kalau dilihat orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar