Rabu, 17 Oktober 2012

Resensi Buku - Kukila

Judul: Kukila (Kumpulan Cerita)
Penulis: M. Aan Mansyur
Terbit: September 2012
Tebal: 192 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



Resensi Kukila


Masa lalu tidak pernah hilang. Ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang, untuk itu ia menitipkan surat—kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga. Kita menyebutnya kenangan. (halaman 23)


Kukila. Sebuah kumpulan cerita. Nama yang unik untuk sebuah judul buku. Awalnya aku mengira Kukila adalah akronim dari ‘kumpulan kisah lama’, ternyata bukan. Kukila berarti burung. Kalau tidak percaya, cari saja di Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Aku rasa tidak salah juga aku menyebut Kukila adalah kumpulan kisah lama. Isinya banyak perihal kisah lama, nama lain dari kenangan. Kisah cinta di masa silam.

Kukila juga menjadi judul salah satu kisah di buku ini. Lengkapnya adalah ‘Kukila (Rahasia Pohon Rahasia)’. Kisah yang paling panjang di antara kisah-kisah lainnya. Kisah seorang perempuan yang menyimpan rahasianya di Pohon Rahasia. Karena suatu kesalahan, dia ditinggal pergi oleh suami dan anak-anaknya. Sendirian. Sepi.

Aan Mansyur menyusun kisah ini dalam tiga belas bagian yang terpotong-potong dan rumit—setidaknya bagiku, aku harus membacanya dua kali supaya benar-benar mengerti. Haha. Dia lihai sekali menghubungkan tiap bagian untuk membuat Kukila menjadi kisah yang: Hmm.. Hah? Ohhh….

Kisah di buku ini berjumlah enam belas—termasuk Kukila (Rahasia Pohon Rahasia). Aku sedikit kecewa. Tiga kisah di buku ini—yaitu Setia adalah Pekerjaan yang Baik, Lima Pertanyaan Perihal Bakso, dan Cinta (Kami) seperti Sepasang Kucing dan Anjing—sudah pernah kubaca di blog Aan di hurufkecil.net. Tidak apa-apa sebenarnya. Membacanya kembali bagus untukku, aku seorang pelupa.

Ada banyak sekali kalimat-kalimat bernapas puisi kutemui. Tentu saja, Aan Mansyur adalah seorang penyair. Dia pintar sekali mengolah kata-kata yang tampak sederhana menjadi lebih bernyawa dan manis.

Aku sangat tertarik untuk mengutip beberapa kalimat perihal hubungan Ibu dan Anak ini.

Tetapi, aku tidak pernah putus menyadari Ibu tidak akan menganggap anaknya bajingan. Bagaimanapun bajingannya ia. Kasih Ibu lebih banyak daripada udara yang bisa dihirup. (halaman 48)
Apapun yang terjadi, seorang Ibu selalu memiliki gudang yang menyimpan persediaan maaf. (halaman 51)

“Kau sudah pintar. Kau kuliah, sebentar lagi sarjana karena itu kau sudah bisa melawan orang tua.” (halaman 71)

Aku tersenyum sekaligus muncul perasaan haru ketika membaca ketiga kutipan di atas. Ah. Aku selalu terharu jika berhadapan dengan sesuatu mengenai orang tua, terlebih-lebih Mama.

Yang paling mengena adalah kalimat di halaman 71 itu. Aku yakin, banyak yang pernah seperti itu, meremehkan orang tua karena merasa lebih pintar—termasuk aku.

Di antara semua kisah, aku paling menyukai ‘Aku Selalu Bangun Lebih Pagi’. Menurutku, ini yang paling manis. Kisah pengunjung perempuan yang menyukai pemilik toko buku dan perpustakaan—dalam diam. Setiap berkunjung, dia selalu berkomentar: “Baru bangun, kan?”

Sapaan menjengkelkan itu mungkin menutupi kelebihan-kelebihannya yang bisa membuat aku jatuh cinta. Kedengarannya terlalu mengada-ada, tetapi begitulah adanya. Aku tidak melihatnya sebagai seorang gadis istimewa, meskipun sudah lama aku ingin punya kekasih—yang suka membaca buku dan manis. (halaman 121)

Padahal, pemilik toko buku dan perpustakaan itu selalu bangun lebih pagi. Hanya saja dia malas untuk mandi. Pada akhirnya, ia tidak bisa lagi menahan kejengkelannya. Ia keluarkan semuanya. Perempuan itu menjawab dengan mata sembap.

Tetapi, apakah aku salah jika menginginkan satu hari saja melihat orang yang aku, aku, aku cintai kelihatan lebih segar saat aku datang? Ya, barangkali aku salah. (halaman 124)

Terakhir, ada satu hal yang sangat mengganggu pikiranku setelah membaca Kukila. Ada lebih dari satu tokoh yang mempunyai nama Kukila. Jadi, siapa Kukila?


Maulana Usaid
17 Oktober 2012

6 komentar:

  1. Resensinya udah lumayan banyak ya. Kenapa gak bikin blog buku aja? :D

    Eniwei, izin follow. Salam kenal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak papa ya kalo blog buku isinya campuran? :D

      Eh, blogmu apa? Biar kufollow juga. Salam kenal balik.

      Hapus
    2. campuran gimana maksudnya? genre-nya?

      aku pake wordpress, klo mau follow >> amzahro.wordpress.com

      bukan blog buku sih..hhe..

      Hapus
    3. Iya. Bukan khusus resensi buku.

      Nggak papa. Sudah aku follow. :)

      Hapus
    4. klo gabung BBI, blognya setidaknya berisi tentang buku, entah itu kegiatan membaca, resensi, kutipan2 buku, atau cerita tentang buku yang baru dibeli..gitu sih setau ku..

      klo campur-campur nanti gak kesaring sama mimin BBI, hhe..

      Hapus
    5. Haha. Biar aja deh untuk saat ini nggak gabung.

      Eh, omong-omong isi wordpressnya bermanfaat. :)

      Hapus

Komentar-komentar