Jumat, 04 Januari 2013

Aku Menulis Untuk

Laptop yang merknya diplester

Kenapa aku menulis? Oh. Tentu saja. Aku mau menambah jumlah post di blogku. Berkisah pengalaman hidupku melalui ‘kisah' dan 'smuyw'. Merangkai kata-kata yang aku anggap puisi lewat ‘puisi’. Berkomentar perihal buku yang kubaca di ‘resensi buku’. Berkisah tidak nyata atau nyata yang ditidak-nyatakan di ‘fiksi’. Menulis surat kepada seseorang di ‘surat’. Atau menyampaikan hasil pemikiranku di ‘isi otak’. Tapi tidak semua yang kutulis aku posting di blog. Menambah jumlah post itu cuma salah satu alasan.

Aku menulis untuk menyenangkan diriku sendiri. Salah satu caraku bersenang-senang adalah dengan menulis. Menulis kemudian mengedit. Membaca kemudian mengedit lagi. Membaca lagi. Mengedit lagi. Begitu terus sampai puas. Aku tulis apa saja. Yang penting senang.

Aku tidak terlalu peduli dengan kuantitas kata yang aku tulis. Aku lebih peduli dengan kualitas kata. Tapi kalau bisa menulis dengan banyak sekali kata, akan lebih bagus dan menyenangkan. Entah kata itu dipahami orang yang membacanya karena aku posting di blog lalu kusebar di facebook dan twitter atau tidak, aku peduli. Kalau aku ada menulis kata aneh yang lebih tepatnya kata yang jarang dipakai itu memang aku sengaja. Supaya tulisanku jadi tidak biasa karena kata yang aku pakai adalah kata yang tidak biasa. Tentu saja tidak. Kalau aku menulis dengan kata yang tidak biasa dengan bermaksud mempersulit orang yang membaca untuk memahami. Aku begitu berarti aku menyarankan untuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia. Itu sih kalau mau saja. Kalau tidak mau, ya tidak apa-apa. Kalau mau, tapi tidak punya Kamus Besar Bahasa Indonesia dan tidak ingin beli karena merasa tidak harus beli, aku sarankan untuk cari di google. Kurasa dia bersedia mencarikan Kamus Besar Bahasa Indonesia berupa pdf atau aplikasi. Kalau aku, punya keduanya. Tapi yang sering aku pakai adalah yang aplikasi versi 1.3. Karena lebih menyenangkan memakainya daripada yang pdf. Mungkin sekarang sudah ada versi yang lebih baru, aku tidak tahu, karena belum mengecek.

Oh. Iya. Kenapa aku menyuruh membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia? Supaya mengerti apa maksud kata yang tidak biasa yang sengaja aku tuliskan. Juga supaya menambah kosa kata bagi siapa yang bingung dengan kata itu. Kalau ternyata mau membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti tujuanku berhasil.

Aku juga menulis untuk kemudian menertawakannya di masa mendatang. Iya. Sebab aku merasa lucu, makanya aku tertawa. Aku membaca lagi tulisan-tulisan yang pernah aku tulis dulu. Aku tertawa. Kemudian bertanya kepada aku sendiri, “Kenapa jadi sampai bisa menulis itu?” Apalagi aku dulu pernah menulis dengan gaya lebai di blog aku yang selain ini. Eh, maaf, bukan lebai. Tapi norak. Atau yang seperti orang sekarang sebut adalah alay. Kalau lebai tidak tepat, karena artinya adalah pegawai masjid atau pekerjaan yang bertalian dengan agama Islam di dusun (kampung). Kalau tidak tidak percaya, coba cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tapi, mestinya percaya karena aku tidak bohong. Kalau penasaran bisa lihat di maulana-usaid.blogspot.com.

Aku seorang pelupa. Maka aku menulis. Supaya ingat. Untuk masalah sejak kapan jadi pelupa, aku lupa. Dan alasan kenapa jadi pelupa aku kurang tahu, atau mungkin aku lupa. Ya, maklum lah. Aku kan pelupa. Yang aku ingat hanya bahwa aku lupa.

Aku menulis untuk mengekalkan waktu. Aku rekam peristiwa yang aku ingini ke dalam tulisan. Kemudian aku bisa mengenangnya di masa mendatang. Kemudian menertawakannya, kalau itu lucu. Atau menangisinya, kalau itu sedih. Aku bisa mengenangnya sendiri. Atau dengan mengisahkan tulisanku kepada siapa yang aku maui dan dia juga mau. Mungkin kepada istri, ketika sudah ketemu nanti. Juga, membuktikan kalau aku pernah ada di bumi kalau aku sudah mati nanti.

Aku juga menulis untuk memberitahu untuk apa aku menulis. Kepada yang ingin tahu maupun yang tidak ingin tapi tidak sengaja membaca tulisanku. Maka aku menulis ini.

Sekali lagi. Aku sebenarnya bukan benar-benar menulis. Tapi mengetik di laptop yang merknya aku plester supaya siapa yang melihatnya akan bertanya, “Luka, Lan?”


Maulana Usaid
4 Januari 2013

4 komentar:

Komentar-komentar