Senin, 10 Februari 2025

Ke Pulau Kembang (Bagian Kesatu)

Sebenarnya Ahad ini adalah hari yang biasa saja, kecuali Salman bangun pagi tidak kesiangan. Hal ini memberikan saya ide untuk mengajak istri dan anak jalan-jalan ke Siring Tendean. Emma langsung mengiyakan ajakan saya. 

Saya sudah lama ingin jalan-jalan lagi ke Siring Tendean karena lama tidak ke sana. Namun ketika di Banjar, Salman sering bangun kesiangan karena sebelumnya tidur terlalu malam. Saya pikir inilah saatnya. 

Saya memarkirkan motor di dekat Menara Pandang. Ada banyak sekali manusia di Siring Tendean dengan tujuannya masing-masing. 

Di bawah Menara Pandang saya melihat kerumunan. Setelah kami dekati ternyata ada banyak ular dengan bermacam ukuran dipamerkan--kami yang saya maksud adalah saya dan Salman. Emma takut dengan ular. 

"Itu ular apa, Babah?" tanya Salman menunjuk ular yang besar. 

"Itu ular besar."

"Itu ular apa, Babah?" tanya Salman. Kali ini dia menunjuk ular hitam bergaris putih panjang. 

"Itu ular panjang."

Saya tidak terlalu mengerti ular. Tapi kalau ular tangga saya paham, bila pion ular tangga mengenai buntut ular maka pion akan turun sampai kepala ular. Sebaliknya, bila pion sampai di dasar tangga maka pion akan naik sampai ujung tangga. 

Ini juga tidak direncanakan, setelah sarapan di kawasan siring kami naik kelotok dengan tujuan Pulau Kembang. Satu karcis biayanya 35.000 rupiah dan Salman tidak dihitung. 

Orang Banjar pasti tahu dengan Pulau Kembang, pulau yang dihuni oleh banyak sekali monyet alias warik. 

Sepanjang hidup saya di bumi, ini pertama kalinya saya pergi ke Pulau Kembang. Perlu diketahui, ini adalah perjalanan yang menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar