Senin, 21 April 2025

Membersihkan Ranjau

Mempunyai balita usia 3 tahun di rumah perlu punya banyak sabar. Kadang lantai rumah dijadikannya serupa medan perang yang bila ceroboh akan terinjak ranjau. 


Berjalan di dalam rumah dengan mainan berserakan harus berhati-hati. Kalau lengah, bisa-bisa akan terinjak lego atau mainan kecil lainnya. Tentu saja ini menyakitkan dan mungkin juga disertai teriakan mengaduh. 


Anak saya yang belum berpengalaman bernama Salman ini sering seenaknya meninggalkan mainan-mainannya berserakan di ruang tamu, kamar tidur, atau dapur. 


Untungnya, saya senang beres-beres. Saya akan membereskan kekacauan yang ditimbulkan Salman bila lapang. Pada waktu Salman pergi ke Rantau, pada malam hari setelah semua penghuni sudah tidur, atau ketika dia selesai bermain. 


"Bantu Babah membereskan mainan Salman nah," ajak saya. Dia merespon dengan turut serta berberes atau mengabaikan saya karena asyik bermain lagi dengan permainan lain. 


Saya dulu agak perfeksionis. Waktu SD, saya akan sedih kalau tidak ranking 1. Padahal masih ranking 2. Ketika SMP dan SMA, saya berusaha agar tidak perfeksionis. Karena menganggap menjadi perfeksionis itu kurang baik setelah membaca buku yang saya lupa judulnya. Saya hanya ingat kovernya yang berwarna hijau serta ada gambar kartun laki-laki berpakaian Superman. 


Mungkin perfeksionis masih tersisa sehingga menjadikan saya senang beres-beres. Saya risih ketika melihat ada yang berantakan. Setelah dibereskan dan melihat semuanya rapi rasanya tenang dan damai. 


Saat berberes saya berpikir, sepertinya perkerjaan yang cocok untuk saya adalah ART. Seni.

1 komentar:

Komentar-komentar