Menunggu hujan deras reda tidak masalah selama tidak kebelet pengin kencing dan tidak kebelet pengin berak. Sore sepulang kerja saya duduk di halte bus menunggu hujan reda. Saya pengin pipis tapi masih bisa ditahan.
Meski di bawah jok beat karbu saya ada jas hujan, saya tetap bertahan di halte bus. Karena hujan sangat deras. Pasti akan membasahi sepatu. Saya tidak membawa kantong kresek.
Di saat seperti ini kadang ada saja gangguan. Ketenangan saya terusik ketika orang yang menaiki motor roda tiga berbak belakang alias Tossa HTM datang. Saya menggeser duduk untuk memberinya tempat di sebelah kanan saya. Tidak lama setelah dia menaruh helm dan duduk, sebatang rokok dinyalakan dan diisapnya. Saya agak menyesal telah memberinya tempat duduk.
Angin membawa asap rokok ke arah saya dan orang lainnya di sebelah kiri. Refleks saya menaikkan ransel yang saya peluk untuk menutupi hidung. Sesekali saya kibaskan tangan untuk menghalau asap yang lewat di depan wajah. Itu saya lakukan untuk menjaga pernapasan saya sekaligus ingin mengetahui reaksi dia.
Sebenarnya saya bisa saja menegurnya dengan nada santun dan lemah lembut tapi saya malas. Saya juga bisa tahan mencium asap rokok tapi saya tidak suka menciumnya. Saya pun bisa merokok tapi saya bukan perokok. Saya hanya sesekali merokok bila sedang terserang batuk dan batuknya berhari-hari, maka saya akan ke warung membeli Samsu Premium sebungkus.
Setelah berkali-kali mengembuskan asap rokok, dia berjalan sedikit ke depan lalu melanjutkan isapan rokok sambil berdiri. Dengan demikian asap rokoknya tidak mengenai saya. Entah karena merespon sikap saya atau bukan, tapi kemudian dia membenarkan posisi terpal yang menutupi bak belakang motornya. Lalu kembali duduk dan tidak menyalakan rokok lagi hingga dia pergi meski hujan masih belum berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar