Saya seorang pemalu. Waktu Kelas 5 SD dulu saya diikutsertakan sekolah ke dalam lomba cerdas cermat di sekolah lain. Saya ikut bersama 2 orang kakak kelas. Keduanya perempuan. Saya tidak akrab dengan mereka. Saya hanya diam selama kegiatan cerdas cermat. Meski saya tahu jawaban pertanyaan tarian yang berasal dari Banjar adalah Baksa Kembang. Juga pertanyaan siapa walikota Banjarmasin adalah Bapak Sofyan Arpan. Lidah saya kelu. Keberadaan saya di lomba tidak berguna sama sekali.
Di perjalanan pulang ke sekolah kami pun saya tetap diam. Kami betiga naik becak. Saya duduk di tengah. Saya mematung. Waktu terasa lambat sekali berlalu.
Saat kelas 6, saya diikutkan lomba lagi. Lomba pidato dan lomba salat berjamaah. Saya diberi guru selembar kertas folio berisi teks pidato yang akan dilombakan. Saya berlatih membaca teks pidato di depan cermin berkali-kali. Saya mencoba menghafal tapi tidak hafal-hafal.
Untuk lomba salat berjamaah saya ikut bersama murid kelas 5, 1 laki-laki dan 1 perempuan. Mereka menjadi makmum saya. Lombanya mempraktikkan salat magrib. Kami latihan beberapa kali dengan dibimbing guru di sekolah.
Pada hari perlombaan saya gugup. Lomba diadakan di sekolah lain. Lomba pidato di dalam kelas, sedangkan lomba salat berjamaah di langgar seberang sekolah. Lama sekali giliran saya. Sudah banyak yang tampil pidato, saya tidak juga dipanggil panita. Rata-rata yang sudah tampil pidato tanpa membaca teks. Saya semakin gugup.
Saya bingung. Harus terus berada di situ menunggu tampil atau kabur saja. Akhirnya saya kabur ke langgar setelah melihat tidak ada guru. Saya menganggap lomba salat berjamaah lebih mudah. Tidak harus melihat wajah audiens. Tapi ternyata saya masih gugup. Pada saat memperagakan salat magrib, saya lupa menyaringkan suara. Terpaksa mengulang. Kalau tidak salah saya juga lupa duduk tahiyat awal. Sudah tentu kalah lomba. Dan untuk lomba pidato, sudah pasti didiskualifikasi.
Saat SMP, pada pelajaran Kesenian, kami tiap-tiap murid disuruh Bu Nani untuk menyanyi di depan kelas. Saya menyanyi lagu J-Rocks - Lepaskan Diriku. Seolah-olah saya sedang menyampaikan maksud tersirat bahwa lepaskan saya dari situasi ini. Karena saya menyanyi dengan sangat sumbang dan sambil melihat teks dari majalah musik.
Saat SMA, guru Bahasa Inggris saya Sir Phillips, menunjuk secara acak murid untuk menyanyi di depan kelas setiap beliau mengajar. Suatu hari saya tidak bernasib mujur. Sir Phillips menunjuk saya. Saya terpaksa maju. Menyanyikan lagu Hijau Daun yang berjudul Suara sambil melihat teks. Tapi nyanyian saya tersebut lebih baik hanya saya saja yang mendengarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar-komentar