Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Oktober 2024

Dua Buku Puthut EA

Saya baru saja menyelesaikan membaca dua buku. Keduanya novel, yang pertama: Kisah yang Pendek untuk Cinta yang Panjang; dan kedua: Tangan Kotor di Balik Layar. Buku terbaru Puthut EA dalam rangka memperingati 25 tahun dirinya berkarya. 

Buku pertama saya baca hari Selasa, selesai sehari. Setebal 113 halaman, bergenre romansa, tapi bukan romansa anak remaja. Buku ini bercerita soal lelaki berusia kepala empat bertemu dengan cinta lamanya, perempuan yang pernah dipacarinya semasa kuliah. 

Bertemu kembali setelah 20 tahun berpisah. Mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Juga keturunan. Bertemu untuk menyelesaikan apa yang masih belum tuntas ketika mereka berpisah dulu. Tepatnya, sang perempuan meninggalkan si laki-laki. 

Saya membaca separo buku di kafe yang masih tergolong baru beroperasi, dan sore ketika saya datang sepertinya kafenya baru buka. Saya adalah pelanggan pertama hari itu. Itu juga untuk yang kali pertama saya membaca buku di kafe. Selepas magrib saya pulang, lalu menuntaskan sisanya sampai akhir buku di rumah.

Kisah cinta mantan sepasang kekasih ini berakhir dengan seakan-akan menggantung, tetapi saya rasa begitulah seharusnya kehidupan berjalan. 

Buku kedua saya baca keesokan harinya. Selesai pada hari Sabtu dini hari setelah pulang dari mengajak Salman naik odong-odong. 

Buku setebal 182 halaman ini bercerita soal jurnalis muda yang ditugaskan meliput padepokan misterius. Padepokan tersebut setiap hari didatangi tamu yang memiliki hajat tertentu. Dari orang biasa sampai pejabat. Bahkan utusan Presiden juga berkunjung ke padepokan tersebut. Presiden yang sering disebut 'Pak Lurah'. 

Setiap akhir bab menimbulkan rasa penasaran ingin mengetahui kelanjutan cerita di bab selanjutnya. Pada bab-bab terakhir muncul ketegangan yang saya rasa ini adalah bagian klimaksnya. 

Dengan menceritakan pengalaman membaca kedua novel Puthut EA ini sebenarnya saya ingin memberitahu bahwa: Dua novel tipis ini bagus. Beli dan bacalah.

Selasa, 22 Oktober 2024

Buku Kucing tapi Manusia

Salman mengambil buku ini dari atas meja kerja saya, lalu menyerahkannya kepada saya. Buku yang saya maksud berjudul Kisah yang Pendek untuk Cinta yang Panjang. Buku terbaru yang ditulis oleh Puthut Ea. Salah satu penulis yang saya suka membaca tulisan-tulisannya, berupa buku maupun caption instagram yang kerap menceritakan anaknya bernama Kali. 

Buku Kisah yang Pendek untuk Cinta yang Panjang masih dalam plastik sejak beberapa pekan lalu saya unboxing. Saya belum ingin membacanya. Namun Salman menyerahkannya kepada saya, tentu saja dengan maksud minta dibacakan. 

Saya mengira, dia tertarik dengan buku ini karena melihat sampulnya bergambar sepasang kucing jantan dan betina bertubuh manusia sedang duduk berhadapan di antara meja yang di atasnya terdapat dua gelas berwarna hitam dan cokelat, dengan latar lanskap perkotaan ketika malam. Atau, sampul bukunya bergambar sepasang laki-laki dan perempuan berkepala kucing sedang duduk berhadapan di antara meja yang di atasnya terdapat dua gelas berwarna hitam dan cokelat, dengan latar lanskap perkotaan ketika malam.

Salman tertarik dengan kucing. Bukan untuk mengelus-ngelus atau menggendongnya, melainkan untuk mengejar-ngejar, menendang, atau menarik ekornya. Saya dan Emma kerap memantaunya dengan penjagaan lebih ketika kami berada di tempat yang ada kucingnya. 

Pernah sekali ketika kami mengantar dimsum pesanan teman saya Rara ke rumahnya, Salman melihat kucing lalu mengejarnya dan menarik ekornya. Kucing mencakar tangannya sehingga sedikit terluka goresan. Salman meringis sebentar. Semenit kemudian dia ceria lagi seperti semula. Dasar bocil. 

Buku ini untuk orang dewasa, bukan untuk anak-anak," saya jelaskan kepada Salman sambil menaruh kembali buku tersebut ke meja, kemudian mengambil buku yang lain. Buku untuk anak-anak. Karangan Ustadz Nasir bin Umar bin Amr, Lc. 

Nah, kita baca buku ini saja, lanjut saya. Saya membacakan judulnya dengan nyaring, 101 Tanya Jawab Aqidah. Kemudian saya keluarkan dari plastiknya. 

Sama seperti sebelumnya, buku ini juga belum pernah saya buka plastiknya. Ketika melihat isinya, ternyata lebih banyak tulisan ketimbang gambar. Salman tidak betah, dia bangkit dari pangkuan saya lalu mengajak saya bermain. Dia masih belum cocok dengan buku yang penuh tulisan. 

Hari ini saya lepas plastik dari buku Kisah yang Pendek untuk Cinta yang Panjang. Saya mulai membacanya. 

Selasa, 23 Januari 2024

Membaca Kapan Nanti

Kapan Nanti. Judul bukunya simpel. Namun bagi saya isi ceritanya sulit dimengerti. Tidak seperti buku Ziggy sebelumnya yang pernah saya baca: Kita Pergi Hari Ini dan Di Tanah Lada, buku ini sungguh sulit saya visualisasikan di kepala ketika membaca ceritanya. Ditambah lagi beberapa nama tokoh yang tidak familiar seperti Zabka, Georgette, dan Koresha. 

Saya mengasihani diri sendiri karena tidak bisa memahami imajinasi ceritanya. Kendati demikian, hari ini saya mulai membacanya lagi setelah lama saya tinggalkan. Saya berniat untuk menyelesaikannya. Tersisa separo dari buku tipis 133 halaman ini.

Sebenarnya tidak apa-apa juga kalau tidak saya lanjutkan. Saya bisa membaca buku lainnya yang sudah menunggu di timbunan. Entah kenapa saya merasa harus menyelesaikannya, selain karena penasaran bagaimana kisah akhirnya. Saya masih berprasangka baik, barangkali di seperempat terakhir saya akan memahami dan menikmati buku cerita berlatar pojok ruang cuci ini. 

#30hbc2423 #30haribercerita @30haribercerita

Senin, 08 Januari 2024

Jasa Menyampul Buku

Hampir semua buku koleksi saya bersampul plastik. Saya sampul begitu supaya bagus, rapi, dan awet. 

Keterampilan menyampul buku saya dapatkan dari abah. Waktu SD saya sering memperhatikan beliau menyampul buku dengan plastik. 

Meski tidak diajari secara langsung, tetapi saya jadi bisa. Karena terlalu sering melihat bagaimana abah menggunting plastik, lalu menaruh buku di atas plastik, melipat ujungnya, menggunting sedikit bagian tengah atas dan bawah lalu melipatnya. Kemudian memplesternya dengan isolasi bening. 

Menyampuli buku dengan plastik adalah pekerjaan yang menyenangkan. Saya menikmati momen saat mengerjakannya. Memuaskan rasanya saat buku selesai disampuli. 

Saya juga senang menyampuli buku teman yang saya pinjam. Ini saya lakukan sebagai tanda terima kasih karena telah dipinjamkan buku dan menjadi kebiasaan. 

Saya pernah terpikir dan bertanya kepada diri sendiri, apakah menyampuli buku bisa menghasilkan uang, misalnya dengan mengumumkan 'Jasa Menyampul Buku'? Sampai sekarang saya tidak tahu jawabannya karena saya tidak pernah mengumumkannya. 

@30haribercerita #30hbc2408

Selasa, 26 Desember 2023

Buku CBSA

Akhirnya saya memilikinya kembali, buku CBSA, Cerita Bodor Siswa Aktif karya Sonny Sonata. Buku yang pernah saya beli semasa SMA atau kuliah D3 dulu. Waktu itu, CBSA adalah buku paling kocak menurut saya, selain buku Kambing Jantan. 


Suatu ketika CBSA hilang. Teman saya meminjamnya. Saya lupa siapa yang meminjam, tapi tidak benar-benar lupa. Dengan ingatan samar-samar, saya tanyai teman yang rasa-rasanya dia yang meminjam. 


"Tidak ada," jawabnya. 


Sejak saat itu hingga saya ceritakan hari ini buku itu tidak pernah dikembalikan ke saya. Saya pun masih lupa siapa yang meminjamnya dan tidak mengingat-ingat lagi bahwa pernah memilikinya. 


Malam Ahad lalu saya, Emma, dan Salman jalan-jalan ke toko perlengkapan bayi dan anak-anak di Jalan S Parman; masjid, tempat odong-odong, dan toko pakaian di Jalan Belitung; toko makanan beku di Jalan Flamboyan; dan toko buku di Jalan Veteran. 


Di pelataran toko buku ada buku-buku yang dijual murah. Lima ribu untuk harga komik, dan sepuluh ribu untuk harga buku lainnya. 


Kami memeriksa satu per satu buku yang mencurigakan, berharap akan menemukan buku cerita anak-anak di tengah tumpukan buku yang tidak beraturan di atas meja pajang. Semua meja kami datangi, tidak ada satu pun buku anak-anak kami temukan. Namun saya malah menemukan buku CBSA di tumpukan paling bawah. 


Seakan menemukan harta karun, saya segera mengambilnya untuk ditebus di meja kasir. Saya akan membacanya lagi seperti pertama kali membacanya karena sudah lupa dengan semua isinya. Entah sekarang saya akan terpingkal seperti dulu atau tidak.

Kamis, 24 Agustus 2023

Resensi Buku - Hidup Tenang

Baiklah, saya baru selesai membaca buku Hidup Tenang. Terbitan dari Ujung Pesiar. Sebuah antologi yang semua penulisnya perempuan, dan beberapa nama penulisnya yang bagi saya unik, seperti: Saviera Yonita Hadi, Labiqotul Fatiyasani, dan Lungit Fika Fauzia.

Kovernya sedap dipandang. Sebuah bangku di ujung dermaga. Berjejer di sebelahnya ada termos dan gelas, di atasnya tergeletak buku yang terbuka. Warna biru air yang mendominasi memperkuat kesan judul buku ini: Hidup Tenang.

Di dalam buku ini ada lima belas bab yang diberi judul dengan nama emosi dan perasaan, yaitu: Bahagia, Sedih, Takut, Harap, Sakit Hati, Sabar, Dengki, Syukur, Iri, Ikhlas, Malu, Optimis, Putus Asa, Galau, dan yang terakhir Tawakal.

Awal mula melihat Hidup Tenang saya mendapatkan kesan buku motivasi. Ketika membacanya ternyata benar. Saya kurang suka membaca buku motivasi, tetapi entah kenapa membaca Hidup Tenang merasa nyaman-nyaman saja. Bahkan menambah wawasan dan perspektif baru dalam memandang suatu emosi dan perasaan. Apalagi juga disertai ayat-ayat Alqur'an, hadis Nabi, dan nasihat Ulama sebagai pendukung, ini memperkuat emosi pada narasi yang dijelaskan.

Pada bab Bahagia ada kutipan ayat 43 surah An-Najm yang terjemahannya: "Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis."

Pada bab selanjutnya yaitu, Sedih, ada kutipan hadis Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam: "Tidak ada yang menimpa seorang muslim, berupa kepayahan, kesakitan, duka cita, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya kecuali dengan sebab itu Allah menggugurkan dosa-dosanya." (HR. Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573).

Pada bab Galau ada kutipan nasihat Ibnul Qayyim: "Bahaya terbesar yang dialami oleh seorang hamba adalah adanya waktu nganggur dan waktu luang, karena jiwa tidak akan pernah diam. Ketika dia tidak disibukkan dengan hal yang bermanfaat, pasti dia akan sibuk dengan hal yang membahayakannya. (Thariq Al-Hijaratain).

Kalau mau menenangkan hati dengan nasihat-nasihat agama Islam, buku ini cocok dijadikan bacaan. Caranya: beli di toko daring. Atau, kalau tidak mau beli bisa pinjam sama teman, seperti saya. Itu kalau temannya mau meminjamkan sih.

Kamis, 03 Agustus 2023

Resensi Buku - Di Tanah Lada

Di Tanah Lada, novel dengan sudut pandang anak kecil berusia 6 tahun, berjenis kelamin perempuan. Namanya Salva, nama panggilannya Ava.


Ini novel kedua Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang saya baca. Sebelumnya saya sudah membaca Kita Pergi Hari Ini.

Novel ini mengandung bawang, bawang goreng dan bawang merah mentah, tetapi lebih banyak bawang merah mentahnya.

Kalau tidak suka dengan narasi yang bertele-tele mungkin akan kesal membaca novel ini. Kalau saya sih suka. Tentu saja bertele-tele, Di Tanah Lada novel yang menggunakan sudut pandang anak kecil berusia 6 tahun yang ke mana-mana membawa kamus pemberian mendiang kakeknya, Kakek Kia.

Setiap kata yang Ava temui dan tidak tahu artinya, dia akan mencarinya di kamus, lalu memberitahukan hasil pencariannya itu. Unik juga. Saya juga sering mencari arti kata di google bila ada kata yang tidak saya tahu artinya atau saya kurang yakin artinya. Saya akan ketik kata tersebut plus kbbi di kolom pencarian google lalu tekan enter, misalnya kontemplasi kbbi, maka akan muncul daftar laman yang menjelaskan arti kontemplasi.

Ava punya Mama dan Papa, tetapi Papanya jahat. Senang berjudi dan senang memukuli Ava. Ava sekeluarga pindah rumah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. Di sana Ava bertemu dengan seorang anak laki-laki yang lebih tua darinya, namanya P. Iya, cuma satu huruf, P.

P pandai bermain gitar sampai-sampai Ava mengira dia seorang pengamen. P juga punya Papa yang jahat, tetapi lebih jahat daripada Papa Ava.

Dari awal pertemuan mereka sudah akrab. Ke mana-mana bersama, menempuh petualangan hidup, kesenangan dan kesedihan. Ava dan P sehidup semati.

Ada banyak kata-kata yang saya suka. Saya garisi dengan pulpen PILOT. Salah satunya kalimat pada halaman 153 ini:

Kata Kakek Kia, kadang-kadang, kesalahan terbesar dilakukan oleh orang terpintar. Kata Kakek Kia, itu karena, orang pintar punya fokus yang luar biasa. Orang bodoh, kata Kakek Kia, tidak punya fokus, jadi mereka bisa melihat lebih banyak hal.


Ada juga kalimat yang menurut saya lucu, terdapat pada halaman 177:

Lagunya berbunyi: "Antrilah di loket untuk beli tiket."


Sontak saya tertawa karena saya tahu lagu ini, judulnya Antrilah di Loket milik P - Project. Lagunya kocak, video klipnya juga.

Di bagian akhir cerita saya menemui plot twist--pelintiran alur--yang membuat saya terkejut. Tidak hanya saya, Ava dan P sang tokoh utama pun terkejut dengan pelintiran alur tersebut.

Senin, 06 Maret 2023

Resensi Buku - 60 Rahasia Jadi Ayah Hebat

60 Rahasia Jadi Ayah Hebat

 

60 Rahasia Jadi Ayah Hebat, begitu kata judul bukunya. Penulisnya dua orang, Ustadz Bendri Jaisyurrahman dan Ayah Irwan Rinaldi. Katanya rahasia tapi malah dibeberkan. Hmm, terkadang rahasia memang untuk disampaikan. Makanya ada istilah 'rahasia umum'. Dan sebagian lagi tetap untuk disimpan.

Buku kecil ini hanya seukuran handphone Xiaomi Redmi A1, namun lebih pendek 5 cm dan lebih lebar 5 cm dari Xiaomi Redmi A1. Dengan halaman seperti ukuran memory handphone zaman dulu, yaitu 128. Berisi nasihat-nasihat pendek kepada ayah dalam mendidik, mengasuh dan menjaga anaknya. Satu rahasia panjangnya rata-rata 1 atau 2 halaman.

Membaca 60 Rahasia Jadi Ayah Hebat akan membuka pemahaman dan wawasan baru dalam mendidik anak. Buku ini cocok dibaca dalam keadaan santai maupun tidak santai. Tidak perlu konsentrasi penuh untuk memahami maksud dari 60 rahasia yang disampaikan. Karena bahasanya mudah dimengerti dan to do point, yang berarti langsung ke poin yang dibicarakan.

Dan entah kenapa ketika saya melihat kover bukunya jadi teringat poster film The Pursuit of Happyness. Ah, jadi pengin nonton.