Kamis, 03 Agustus 2023

Resensi Buku - Di Tanah Lada

Di Tanah Lada, novel dengan sudut pandang anak kecil berusia 6 tahun, berjenis kelamin perempuan. Namanya Salva, nama panggilannya Ava.


Ini novel kedua Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang saya baca. Sebelumnya saya sudah membaca Kita Pergi Hari Ini.

Novel ini mengandung bawang, bawang goreng dan bawang merah mentah, tetapi lebih banyak bawang merah mentahnya.

Kalau tidak suka dengan narasi yang bertele-tele mungkin akan kesal membaca novel ini. Kalau saya sih suka. Tentu saja bertele-tele, Di Tanah Lada novel yang menggunakan sudut pandang anak kecil berusia 6 tahun yang ke mana-mana membawa kamus pemberian mendiang kakeknya, Kakek Kia.

Setiap kata yang Ava temui dan tidak tahu artinya, dia akan mencarinya di kamus, lalu memberitahukan hasil pencariannya itu. Unik juga. Saya juga sering mencari arti kata di google bila ada kata yang tidak saya tahu artinya atau saya kurang yakin artinya. Saya akan ketik kata tersebut plus kbbi di kolom pencarian google lalu tekan enter, misalnya kontemplasi kbbi, maka akan muncul daftar laman yang menjelaskan arti kontemplasi.

Ava punya Mama dan Papa, tetapi Papanya jahat. Senang berjudi dan senang memukuli Ava. Ava sekeluarga pindah rumah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. Di sana Ava bertemu dengan seorang anak laki-laki yang lebih tua darinya, namanya P. Iya, cuma satu huruf, P.

P pandai bermain gitar sampai-sampai Ava mengira dia seorang pengamen. P juga punya Papa yang jahat, tetapi lebih jahat daripada Papa Ava.

Dari awal pertemuan mereka sudah akrab. Ke mana-mana bersama, menempuh petualangan hidup, kesenangan dan kesedihan. Ava dan P sehidup semati.

Ada banyak kata-kata yang saya suka. Saya garisi dengan pulpen PILOT. Salah satunya kalimat pada halaman 153 ini:

Kata Kakek Kia, kadang-kadang, kesalahan terbesar dilakukan oleh orang terpintar. Kata Kakek Kia, itu karena, orang pintar punya fokus yang luar biasa. Orang bodoh, kata Kakek Kia, tidak punya fokus, jadi mereka bisa melihat lebih banyak hal.


Ada juga kalimat yang menurut saya lucu, terdapat pada halaman 177:

Lagunya berbunyi: "Antrilah di loket untuk beli tiket."


Sontak saya tertawa karena saya tahu lagu ini, judulnya Antrilah di Loket milik P - Project. Lagunya kocak, video klipnya juga.

Di bagian akhir cerita saya menemui plot twist--pelintiran alur--yang membuat saya terkejut. Tidak hanya saya, Ava dan P sang tokoh utama pun terkejut dengan pelintiran alur tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar