Kamis, 25 September 2025

Lari Nostalgia

Kemarin saya punya kesempatan menjadi pelari kalcer, yaitu berlari di GBK. GBK yang saya maksud adalah Gelora Bung Karno, Jakarta. Ini bukan pertama kalinya saya ke GBK. Tapi ini pengalaman pertama saya berlari 5K dengan pace 7:50 /km di 𝘫𝘰𝘨𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘳𝘢𝘤𝘬 GBK. 


Setelah lari saya pergi ke vending machine alias mesin penjual otomatis. Beli Pocari Sweat Rendah Kalori seharga Rp10.000. Bayarnya pakai Qris, saya memilih Gopay. Betapa mudahnya kehidupan dengan teknologi sekarang. Tapi saya jadi bertanya, bagaimana saya melakukan akad jual beli sedangkan penjualnya adalah mesin? 


Kalau orang Banjarmasin pasti terbiasa melakukan akad jual beli dengan berkata 'Makasih, Paman. Ditukar.' bila sebagai pembeli. Atau 'Makasih, dijual', bila menjadi penjual. Kadang, ada juga yang menambahkan dengan 'Minta rela'. Pertanyaan saya tak terjawab, karena saya bertanya kepada diri sendiri yang tentu belum tahu apa jawabannya. 


Pada malam harinya saya ketemuan dengan Haji Abuk alias Tirta. Kawan SMA yang bekerja dan menetap di Jakarta. Sayangnya teman saya yang satunya Ucup alias Yusuf tidak bisa ikut. Jadi, saya hanya berdua dengan Abuk. 


Abuk menjemput saya ke hotel untuk pergi makan malam ke Warteg di Benhil alias Bendungan Hilir. Lepas makan kami menyeberang ke angkringan. Memesan 2 jahe panas. Harganya Rp8.000 segelas. 


Lidah saya masih latang sampai sekarang. Dalam setiap sesapan jahe panas mengalir obrolan dua medioker. Soal masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. 


Masa lalu: Tentu saja kami membicarakan ekskul Taekwondo yang pernah kami ikuti masa SMA dulu. Abuk pernah menjadi Ketua waktu kelas XI. Lainnya mengenang masa SMA dan sedikit masa SMP. Kami juga satu SMP. 


Masa sekarang: Saya pamer olahraga lari yang saya jalani. Juga pamer saya menjadi MC meski pemalu. Dia juga pamer menjadi pembaca doa pada suatu acara. Itu hal yang sederhana tapi bagi kami itu sesuatu yang hebat. 


Masa depan: Abuk bercerita impiannya pada perkopian yang sedang dikerjakannya semaunya. Saat ini dia berjualan kopi giling dan kopi botolan secara tidak konsisten. Nanti, dia mau punya kedai kopi sendiri beserta dua barista. Nama tidak resmi kopi botolannya adalah Kopi Ananta Botol dan ada singkatannya. Tapi saya tidak mau menuliskan singkatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar