Jumat, 10 Oktober 2025

Membaca Cerita

Saya sedikit terkejut, juga merasa sedikit heran, kemarin salah satu teman saya menyampaikan bahwa membaca cerita-cerita saya membantunya tetap waras di antara tekanan pekerjaan. Lho kok bisa? Dia menjadikan tulisan saya sebagai sarana untuk tetap waras, sedangkan saya malah menulis untuk tetap waras. Ini bentuk stress release saya, meredakan tekanan emosional dan fisik dengan menulis untuk mengaktifkan respon relaksasi, ketenangan, dan kelegaan. 

Ada teman saya yang lain, seorang karateka sabuk hitam, katanya suka membaca cerita-cerita yang saya bagikan di instagram, blog, maupun status whatsapp. Padahal dia tidak senang membaca tulisan panjang. Dia lebih senang menonton video-video pendek tiktok dan bermain roblox. Tapi kok bisa, dia membaca cerita saya sampai selesai. Dan cerita favoritnya adalah yang berjudul: Ada Macan. Itu cerita tentang Salman—anak saya—yang saya beritahu bahwa di dalam Indomaret ada macan karena melihat Ibu-ibu berpakaian motif macan. 

Teman saya yang lain lagi, sangat jarang bertemu, lalu bertemu kembali karena urusan pekerjaan. Kami mengobrol tentang pekerjaan dan lain-lain. Di tengah obrolan, dia mengungkapkan bahwa dia juga membaca cerita saya. Dan seingat saya, dia juga menyatakan seru. Selain itu, ada beberapa teman lainnya yang juga mengatakan bahwa suka membaca cerita-cerita saya. 


Ternyata tulisan-tulisan saya ada peminatnya. Ini membuat saya senang. Meski tidak ada yang membaca pun saya tetap akan menulis cerita. Kejadian-kejadian sederhana yang menurut saya patut untuk direkam untuk diingat nanti. Karena menulis adalah cara saya menyimpan ingatan dan membacanya lagi di masa akan datang yang entah kapan adalah membuatnya menjadi kenangan. Bahkan ketika nanti saya tiada, tulisan saya akan tetap ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar-komentar